Pada dasarnya, pivot point dikenal sebagai acuan dari tingkat harga untuk digunakan oleh trader dalam pergerakanan pasar. Di mana, hitungan pivot point berupa rata-rata harga signifikan meliputi tinggi, rendah, dan tutup dari kinerja pasar di periode perdagangan sebelumnya. umumnya deretan angka Fibonacci digunakan sebagai cara standar dengan mengalikan selisih harga penutupan dan pembukaan dengan level Fibonacci seperti 38,2 persen, 61,8 persen, dan 100 persen, kemudian tambah atau kurangi angka yang didapat dalam mencari pivot point sehingga akan ketemu level pivotnya.


Bagaimana Cara Menghitung Pivot Point?

Pada umumnya, untuk menghitung pivot point yaitu dengan menggunakan harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan pada sesi trading sebelumnya. Cara mudahnya adalah dengan menggunakan atau mengacu pada sesi trading yang paling banyak digunakan oleh trader di seluruh dunia atau sesi trading Amerika. Kamu juga bisa menggunakan sejumlah cara klasik dengan memerhatikan rumus sebagai berikut:

·      Pivot point atau PP = (harga tertinggi + harga terendah + harga penutupan)/3.

·      Resistance pertama atau R1 = (2 x PP) – harga terendah.

·      Support pertama atau S1 = (2 x PP) – harga tertinggi.

·      Resistance kedua atau R2 = PP + (harga tertinggi – harga terendah).

·      Support kedua atau S2 = PP – (harga tertinggi – harga terendah).

·      Resistance ketiga atau R3 = harga tertinggi + 2 (PP – harga terendah).

·      Support ketiga atau S3 = harga terendah – 2 (harga tertinggi – PP).


Menerapkan Pivot Point dalam Strategi Trading

Tidak jauh berbeda dengan support dan resistance, strategi trading menggunakan pivot point akan membuat harga yang berkali-kali bergerak ke arah level support maupun resistance akan memantul kembali sehingga level support maupun resistance-nya juga semakin kuat. Selain itu, menerapkan metode ini saat trading bisa dilakukan dengan melihat dua kondisi pasar, seperti kondisi pasar ranging dan kondisi pasar breakout. Berikut penjelasan lengkapnya.

Kondisi pasar ranging memungkinkan untuk melakukan pivot point dengan cara saat harga mendekati salah satu level resistance, maka trader bisa memasang posisi sell, lalu menempatkan stop loss sedikit di atas level resistance. Lalu, ketika harga mendekati salah satu level support, maka trader bisa memasang posisi buy dengan menempatkan stop loss sedikit di bawah dari level support.

Kondisi pasar trending ini bisa digunakan untuk mencari tahu kapan sebuah trend terbentuk, lalu sekalian menunggangi trend secara lebih awal dan mendapatkan keuntungan secara lebih banyak.


Menentukan Target dan Stop Loss dengan Pivot Point

Menerapkan pivot point untuk menentukan target dan stop loss bisa dilakukan dengan cara konservatif yaitu bouncing dengan risiko biasanya ditentukan oleh beberapa pip di atas maupun di bawah level pivot sebelumnya. Di mana, trader yang agresif akan selalu menentukan risiko seminimal mungkin agar dapat memperoleh Risk/Reward Ratio secara memadai. Selain itu, hal yang harus diingat adalah pergerakan harga bakal berhenti di satu pivot point sebelum melanjutkan ke level selanjutnya. Sedangkan saat sentimen pasar berubah, maka pergerakan harga bakal segera berbalik arah.

Pivot point sendiri memang dapat dijadikan indikator pada sentimen pasar yang cenderung bullish atau bearish. Di mana, level pivot sendiri merupakan support dan resistance yang sifatnya objektif sehingga tidak heran banyak dipilih para trader. Metode ini juga menjadi salah satu bagian dari analisa trading sehingga disarankan untuk mempelajarinya secara baik.