Mau tahu akhlak seseorang, Cobalah berurusan Uang dengannya, Mau tahu kejujurannya? Cobalah percayakan dia mengelola uang, Mau tahu tepat janjinya? Cobalah pinjami dia uang, Mau tahu kasih sayangnya? Cobalah minta bantuan uang padanya, Mau tahu harga dirinya? Coba sering makan bersamanya dan lihatlah inisiatif untuk membayar, Mau tahu kedzolimannya? Coba bekerja padanya dan lihat bagaimana caranya memberikan upah. Percayalah orang yang terlihat baik akan ketahuan kepalsuannya saat berurusan dengan uang. kecuali orang yang hidup mencari ridha Allah SWT bukan sekedar materi.
Urip Rukun, Ojo Gawe Pati Lan Larane Liyan
Hiduplah akur, jangan melakukan hal yang menyebabkan penderitaan dan binasanya orang lain. Sebagai pribadi yang bersuku Jawa tapi beragama Islam bukan orang beragama Islam tapi bersuku Jawa, idealnya kita mengetahui siapa kita dan dari mana kita berasal. banyak nasehat dan pantangan bagi orang jawa yang tidak bertentangan dengan ajaran islam bahkan bisa berjalan linier seimbang dengan agama islam sebagai bagian budaya yang mengamalkan perintah Allah khususnya Habluminannas, sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisa : 36 budaya jawa juga memiliki beberapa nasehat dalam hubungan antar manusia (Habluminannas) seperti berikut ini :
1. Ojo Kethungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman.
(Jangan terobsesi dengan kedudukan, Harta dan Kesenangan dunia.) Kethungkul bisa diartikan obsesi atau terpaku sehingga tolok ukurnya adalah kedudukan, harta dan kepuasan di dunia. tujuan hidupnya hanya untuk mendapatkan jabatan, kekayaan dan kesenangan. padahal semua itu adalah ALAT, jabatan merupakan alat memberantas hal buruk, kekayaan adalah alat modal untuk mengajak berbuat baik dan kesenangan adalah alat untuk beramal dan bekerja agar mendapat kenikmatan namun di masa sekarang hal itu semua malah dijadikan tujuan hidup.
Menjadi Karyawan, menjadi Pengusaha, menjadi pejabat dan kemudian melakukan apa saja untuk menjadi kaya dan akhirnya kaya tetapi masih merasa kurang kaya, tidak pernah merasa cukup sehingga fungsi amar ma'ruf nahi mungkar tidak berjalan, mereka tidak bisa menjaga bumi dengan mengajak kebaikan dan memberantas hal buruk karena sudah terkunci dengan tujuan hidup yang seharusnya sebagai alat.
2. Ojo Keminter Mundhak Keblinger, Ojo Cidra Mundhak Cilaka.
(Jangan merasa pintar nanti kamu tersesat, Jangan ingkar janji nanti celaka.) Pintar dengan merasa pintar itu dua hal yang berbeda. Pintar itu mampu, berbakat, tahu dan paham sedangkan Keminter adalah merasa pintar. Bisa jadi seseorang itu pintar tapi merasa paling pintar dan yang lain bodoh semua. pada akhirnya kepintaran yang dimilikinya tidak bermanfaat bagi orang lain dan hanya sebagai kebanggan. lebih buruk lagi jika kepintaran tersebut menjadikan pemiliknya menjadi keluar dari kebajikan. seperti menjadi konsultan politik yang menyebar hoax namun tidak memikirkan bagaimana nanti dampaknya ke massyarakat yang penting klien saya menang.
3. Ojo Gumunan, Ojo Kagetan lan Ojo Dumeh.
(Jangan mudah takjub, jangan mudah terkejut dan jangan mentang-mentang.) saat ini informasi mengalir deras dengan banyak media, jika dulu channel TV cuman ada TVRI sekarang sudah banyak saluran channel dari lokal hingga nasional. jika dulu berita yang dibaca sudah disaring oleh jurnalis kredible tapi sekarang siapa saja bisa membuat berita melalui media sosial. bagi kita yang terbiasa menggunakan internet jauh lebih mudah untuk menyaring mana informasi yang benar dan diperlukan tapi bagi generasi orang tua kita ini bisa jadi masalah dalam meyakini kebenaran hoax namun dalam generasi muda malah menjadi tren.
Melihat teman piknik kemudian jadi ingin piknik padahal kebutuhannya sekarang bukan piknik, baru musim prank kemudian konten prank menjamur begitu banyak, tren joget ikutan joget-joget. yang dulu ketika ulang tahun hanya cukup dengan berdoa di rumah sekarang harus dirayakan biar seperti teman-temannya. yang kaya mentang-mentang dengan pamer keyakaan kemudian tidak memikirkan jika ditiru oleh orang lain. merayakan ulang tahun tidak salah tetapi memaksakan perayaan karena sifat mudah kagum, gampang kagetan dan mentang-mentang itu tidak bisa dibenarkan.