That Final Fantasy Dimensions exists at all is something of a miracle. That we have a somewhat original (it is based on a game that came out for other mobile devices last year), ‘old-school’ Final Fantasy game coming out in this day and age is a pretty special thing. And the fact that it’s a pretty amazing game to boot is just icing on the cake. Square Enix has given Final Fantasy fans a love letter to the games of yesteryear that built the foundation of our love for the games we enjoy now. What’s old is new again.
Dimensions is a huge game, with a story that is the very definition of epic. It’s told over the course of four massive chapters and takes place in a world that has been torn asunder by magical forces into separate dimensions of light and dark. You control a large cast of characters over two separate yet intertwining storylines in an attempt to right the wrongs that have been done to the world.



The land between top-down and side-scrolling.

The game has you traverse through war torn villages, castles that reach up to the sky, twisty turny dungeons, chocobo pastures, flying airships, and mazes that can drive you mad. The plot is deep and involving and has twists at every turn. It will draw you into a world that’s somewhat familiar (old names and places from former Final Fantasy games show up) but is different enough to make you feel like you’re discovering something wonderful and new with every step you take.

At the heart of Dimensions are the characters. Most have their own motivations for doing what they’re doing and you’ll have a blast uncovering their stories. Delving into the characters is almost as much fun as exploring the deepest dungeons in the game. Adding to that complexity is the fact that you actually control two totally different sets of people: one group on the ‘light’ side of the world and one on the ‘dark.’ Their quests parallel each other as they both try and figure out why the world has been so terribly maligned. Over the course of the game you’ll also pick up other characters who will join your parties and help to advance the story in key areas. Almost every party member has a secret, some motivation for why they’re there, and uncovering those is one of the greatest joys in the game.


Triplets and their snake sister.
Prominently featured in the game is the ‘jobs’ system, which is something that Square has been playing with and refining since all the way back to Final Fantasy III. Your characters initially start out as blank slates, with no real defining characteristic to their fighting styles. Eventually you’ll unlock the job system, which allows you to customize them however you like. They range from the typical ones like white mages and warriors, to the slightly more esoteric like monks, thieves, and dragoons, who are powerful spellcasters with dragon-like abilities. Each job has different abilities, skill sets, armor and weapon limitations and favor some stats over others. You can switch a character’s job whenever you like, so if a thief isn’t working out for you then maybe the powerful fists of a monk can do the trick. You do have to be careful though, because you only have a limited number of ‘job points’ to spend on changes.

The game has two glaring problems, which may give some people pause. First, the game mechanics aren’t really explained all that well. There is an in-game help guide, but it’s marginally useful at best and would be downright cryptic for people who aren’t already schooled in Final Fantasy tropes. It seems like the game was designed for those who already know what’s going on. Weapon and armor stats are barely explained, and harmful effects (like poison or silence) done to your characters are only indicated by tiny icons which give no indication as to what they mean. The battle system could also be totally alienating to newbies who aren’t used to it.


Wait till he bites.

The second problem is the controls, which range from merely passable to downright awful. The best option is the ‘default’ which creates a virtual D-pad wherever you put your fingers. It works fine, but sometimes the game gets confused and doesn’t know if you’re trying to move your character or create a new anchor point for the controls, and this can end up causing a lot of irritating mistakes. There is ‘fixed’ D-pad option, which is OK, but is useless if you’re playing the game on an iPad, since its position is too high up on the screen. The less said about the ‘sliding’ option the better. Lets just say it’s pretty terrible.

We can’t tell you if the game is worth the hefty price tag or not. You have to make that decision for yourself. What we can say is that we played the game for 20 hours, and there’s still a lot of game left to be played. A whole lot. Square Enix has made a truly masterful game here. The story is huge, the characters enjoyable and fun to play, and other than the iffy controls, the game works fantastically well on the touchscreen. The menus in particular are elegantly designed. The music and graphics are even great in creating a world that reminds us that the old and new can coexist, and do so with aplomb.

Download 


Nada

Bip = Terkonfirmasi
Bip, Bip, Bip = Gagal

1. Membuka Code Sistem,

Handset extension 8001
**01 ABCD # ( ABCD=1234 )
Terdengar Nada Bip sekali, lakukan pemprograman jangan tutup handset jika belum selesai.


2. Merubah waktu system,

*95 1 YY MM DD W # ( tahun, bulan, tanggal, hari [ senin[ 1]~minggu[7] ] )
*95 2 HH NN # ( jam, menit )
Nada Bip


3. Aktifkan / menonaktifkan CO pada extension,

*31 ABCDEFGH # (ABCDEFGH=12345678)
*31 # (menonaktifkan)
bip


4. Operator menerima semua panggilan luar / per CO tertentu,

*21 #
*21 MN # ( *21 03 # [ co 3 akan di jawab operator ]
bip


5. Memilih Extension yang berdering,

*12 MN ABCDEFGH # ( MN= 01(CO), ABCDEFGH=extension )
bip


6. Membatalkan dering extension dari co,

*11 MN #
bip


7. Pembagian layanan operator,

(operator menjawab pukul 8.00am~12.00pm dan 13.00pm~17.30pm)

*87 AB CD EF GH M # ( *87 08 00 12 00 0 # )
*88 AB CD EF GH M # ( *88 13 00 17 30 0 # )
bip


8. Membuat kelas untuk pembatasan dial co,

*57 M ABCD # (M=kelas 1~6, ABCD=nomor digit awal pembatasan)
bip

contoh:

Kelas 1 = nomor awalan 0 dan 168
kelas 2 = nomor awalan 70 dan 5

*57 1 0 # [bip] 168 # [bip] *57 2 70 # [bip] 5 # [bip]



9. Membuat kelas untuk menperbolehkan dial co,

*57 M ABCD # (M=kelas 7~9, ABCD=nomor digit awal bypass)

contoh:

kelas 7 = nomor awalan 0838 dan 031
Kelas 8 = nomor awalan 200 dan 873

*57 7 0838 # [bip] 031 # [bip] *57 8 200 # [bip] 873 # [bip]


10. Menentukan extension pada kelas,

*51 ABCD M # (kelas pertama) ABCD=nomor extension
*52 ABCD M # (kelas kedua) M=kelas yang sudah dibuat
bip

M = KELAS

M = 0 = hanya untuk intercom
M = 1~6 = tidak boleh mendial dengan awalan yang terprogram
M = 7~9 = membolehkan mendial dengan awalan yang terprogram
M = 91 = hotline (panggil operator tanpa dial)
M = 92 = hanya untuk speed dial


11. Pembatasan lama waktu bicara di co,

*91 ABCD MN # (setiap ekstension, ABCD=nomor extension
*93 MN # ( untuk semua extension, MN= 01~60 menit )
bip


12. Menganti kode sistem ==> *02 ABCD # [bip]

13. Merestart pabrik ==> *6 000 # [bip]

14. Menjawab telpon otomatis (DISA) ===> *20 # [bip]

15. Otomatis menjawab ke co tertentu ==> *20 MN # [bip] (MN= CO 02~08)

16. operator menjawab ke co tertentu ==> *21 MN # [bip] (MN= CO 02~08)

17. pembatalan pembagian waktu operator ==> *87 # [bip] *88 # [bip]

18. Mendengar Outgoing Message (OGM) ==> *23 N # [bip]

19. Outgoing Message,

*22 N # [bip]

N = 1 ( OGM 1 = 15 detik)
N = 2 ( OGM 2 = 7.5 detik)
N = 3 ( OGM 3 = 7.5 detik)


20. Merekam Outgoing Message,

*22 1 # [bip] mulai buat pesan selama 15 detik [bip]

- Semoga Bermanfaat -
Ilmuan tingkat dunia yang berasal dari inggris ini berkata bahwa tidak ada sesuatu diluar saat ketika otak berkedip untuk yang terakhir kali.

Dalam interview khususnya dalam majalah Guardian dia membagi pikirannya mengenai kematian, tujuan manusia dan kemungkinan kehadiran kita. Dia mengatakan bahwa surga atau dunia setelah kematian hanyalah “dongeng”bagi mereka yang takut kematian.




Stephen Hawking telah didiagnosa penyakit neourone motor semenjak umur 21 tahun. Penyakit yang tak dapat disembuhkan ini diperkirakan akan membunuh sang ilmuwan beberapa tahun setelah gejala-gejalanya muncul. Namun itu telah membuat dia menikmati hidup lebih baik.



“Saya telah hidup dengan prospek kematian muda untuk 49 tahun terakhir. Saya tidak takut akan kematian, tapi saya tidak terburu-buru untuk mati. Saya memiliki banyak yang harus saya lakukan lebih dahulu.”
“Saya menganggap otak sebagai komputer yang akan berhenti ketika komponennya gagal. Tidak ada surga atau kehidupan setelah mati untuk komputer yang rusak.

Itu adalah dongeng bagi mereka yang takut gelap.”
Komen ini melampaui komentar sebelumnya dalam buku The Grand Desgin pada tahun 2010. Dalam buku itu dia menyertakan bahwa tidak diperlukan pencipta untuk menjelaskan terciptanya jagad raya. Buku itu menciptakan serangan balik bagi pemimpin spiritual, termasuk Chief Rabbi, Lord Sack yang menuduh Hawking melakukan fallacy dasar dalam logika.


Dalam interview Hawking menolak kehidupan setelah kematian dan menekankan perlunya memenuhi potensi di bumi dengan membuat hidup kita berguna. Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus hidup, katanya, mudahnya “Kita harus mencari nilai tertinggi dari tindakan kita.”


Hawkin juga menjawab “Kenapa kita di sini?” dari the Guardian dan seorang pembaca di kuliah besok di pertemuan Google Zeitgeist di london. Dalam pembiacaraan dia berpendapat bahwa fluktuasi kuantum di masa yang sangat awal dari jagad ini menjadi bibit dari galaksi, bintang, dan kehidupan manusia. ”Ilmu memprediksikan bahwa banyak jenis Jagad raya yang tercipta secara konstan dari ketiadaan. Itu adalah masalah kemungkinan kita ada.” katanya (Guardian.co.uk).

bukunya bisa di klik
http://www.mediafire.com/?ru1bcrcochm75rr
 
sumber
Terkadang saat pertama kali kita menyalakan komputer kita ada program atau service yang berjalan secara otomatis dan itu terasa sangat lama. Tetapi tidak semua program tersebut dibutuhkan saat kita menggunakan komputer itu. Program tersebut dapat sementara dinonaktifkan agar tidak terlalu membebani start up windows. Sehingga komputer kita dapat bekerja lebih cepat saat login pertama kali.



Di desktop Klik start pilih Run, ketik msconfig, klik OK.


Klik tab Startup, hilangkan centang program yang tidak terlalu anda butuhkan, jika suatu waktu anda membutuhkannya anda bisa mengaktifkannya kembali dengan memberi tanda centang.


3. Klik tab sevice, anda bisa menghilangkan centang service yang dianggap tidak perlu, misal Automatic Update, Net meeting, Messenger.


4. Klik tab Boot.ini.
 

Atur pada time out, anda bisa memasukkan angka 10 atau lebih besar dari sepuluh. Hati2 menggunakan angka yang lebih kecil dari 10 karena bisa membuat komputer anda tidak stabil. Proses ini akan mempercepat proses booting windows.


Tekan tombol Apply kemudian tombol OK.
Lakukan restart komputer untuk melihat perubahan.



Cara Kedua 
 
Dengan menggunakan services.msc.
Di desktop Klik start pilih Run, ketik: services.msc.
Klik OK.

Pada kotak dialog services klik program yang akan anda atur, apakah akan diaktifkan atau di nonaktifkan.
Misalnya saya akan menonaktifkan messengger, maka saya melakukan double klik pada Messengger, hingga muncul kotak dialog pilihan startup type.


Pada startup type pilih disabled, berarti messengger akan dinonaktifkan.

Klik OK.

Lakukan hal ini pada beberapa sevice atau aplikasi yang untuk sementara bisa dinonaktifkan (disable )
Anda telah berhasil mengurangi beban startup windows.


Semoga komputer anda dapat lebih cepat.

Meninggalnya salah satu pendiri Apple, Steve Jobs kembali mengingatkan banyak orang pada salah satu pidatonya yang terkenal yang pernah ia sampaikan di hadapan para wisudawan Universitas Stanford, California pada tahun 2005. Video pidato itu juga kembali bermunculan di berbagai media sosial, demikian juga dengan kutipan kata-kata “Stay Hungry. Stay Foolish” yang ia ucapkan di akhir pidato itu. 

Seorang kawan wartawan di Jakarta tadi pagi menghubungi saya untuk menanyakan apa arti kutipan “Stay Hungry. Staf Foolish” serta apa sebenarnya yang disampaikan Steve Jobs dalam pidatonya di Stanford itu dan apa maknanya? Waduh, penjelasan saya bisa saja subyektif karena interpretasi orang bisa berbeda-beda. Karena itu saya putuskan untuk menerjemahkan saja isi pidatonya dari naskah asli yang bisa ditemui tautannya di akhir artikel ini. Siapa tahu Anda bisa mendapatkan interpretasi sendiri yang jauh lebih menarik.

Sedikit pengantar: Pada intinya pidato itu berisikan tiga cerita. 

Bagian pertama tentang bagaimana Steve Jobs menghubungkan berbagai peristiwa dalam hidupnya hingga ia bisa menjadi seperti sekarang. Ia menyebutnya sebagai “Connecting The Dots” atau menghubungkan titik-titik dalam hidupnya. 
Disini Steve bercerita  tentang kelahirannya, tentang bagaimana ibunya memutuskan mengadopsikannya, tentang drop outnya ia dari kuliah, perjuangannya selama drop out dan “hikmah” apa yang semua perjalanan hidupnya di masa itu bagi Apple saat ini.
 


Bagian kedua berisikan tentang cinta dan kehilangan. Disini ia bercerita tentang awal mula karirnya dalam mendirikan perusahaan Apple di garasi rumahnya, tentang bagaimana ia dipecat dari perusahaan yang ia dirikan itu, serta bagaimana ia jatuh dan bangkit kembali.

Bagian ketiga atau terakhir, adalah ceritanya tentang kematian. Disini Steve bercerita tentang pengalamannya saat didiagnosa terkena tumor pankreas, tentang pemahannya mengenai kematian dan pelajaran berharga apa yang ia dapat. Disini pula ia menutup pidatonya dengan kutipan “Staf Hungry.Stay Foolish”. 

Menarik untuk dicatat bahwa kutipan itu aslinya bukan dari Steve Jobs. Kutipan itu diambilnya dari sampul belakang sebuah majalah atau katalog yang terkenal di masa mudanya. Walaupun demikian, kutipan tadi menurut saya sangat amat relevan dengan pidatonya itu.

Berikut terjemahan pidatonya. Mohon masukan kalau ada bagian terjemahan yang dirasa kurang. 

Keterangan dan Tautan terkait: 
  • Keterangan foto: suasana di Apple Store Shibuya hari ini (06/10/2011) yang dipenuhi mereka yang ingin menyampaikan ucapan duka.

-----------

Pidato Steve Jobs Dalam Wisuda Universitas Stanford 

12 Juni 2005

Saya merasa terhormat bisa hadir hari ini dalam wisuda salah satu universitas terbaik di dunia ini. Saya sendiri tidak pernah lulus perguruan tinggi. Bahkan kenyataannya ini acara yang paling dekat dengan wisuda yang pernah saya datangi. Hari ini saya ingin menceritakan tiga kisah dari kehidupan saya. Cuma itu. Tiga cerita saja.

Pertama tentang saling menghubungkan titik-titik dalam hidup.

Saya drop out dari Reed College setelah kuliah selama 6 bulan, tapi kemudian tetap disana selama sekitar 18 bulan sebelum saya akhirnya benar-benar keluar. Kenapa saya keluar?

Kisahnya berawal dari sejak saya belum lahir. Ibu kandung saya adalah seorang lulusan perguruan tinggi yang masih muda, tidak menikah, dan ketika itu ia memutuskan mengadopsikan saya kepada orang lain. Ia sangat ingin saya diadopsi oleh lulusan perguruan tinggi. Jadi saya memang sudah dipersiapkan untuk diadopsi begitu lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. 
Tapi begitu saya lahir, di menit-menit terakhir, pasangan itu memutuskan mereka sangat menginginkan anak perempuan. Orangtua saya (yang kemudian mengadopsi Steve Jobs) saat itu sedang dalam daftar tunggu (untuk mendapatkan anak adopsi). Pada suatu tengah malam mereka mendapat telepon dan ditanya: “Ini diluar perkiraan, tapi kami ada bayi laki-laki. Anda mau (mengadopsinya)?” Mereka bilang: “Tentu.” Belakangan ibu kandung saya mengetahui kalau ibu (yang mengadopsi) saya sebenarnya tidak pernah lulus perguruan tinggi, dan ayah (yang mengadopsi) saya tidak pernah lulus SMA.
Dia menolak menandatangani surat adopsi final. Tapi beberapa bulan kemudian ia akhirnya mengalah setelah orangtua (yang mengadopsi) saya itu berjanji bahwa suatu hari saya akan disekolahkan ke perguruan tinggi.

17 tahun kemudian saya memang masuk perguruan tinggi. Tapi saya dengan naifnya memilih perguruan tinggi yang biaya kuliahnya hampir semahal Stanford. Akhirnya semua tabungan orangtua saya -yang berasal dari kelas pekerja- pun habis untuk biaya kuliah. 
Setelah 6 bulan, saya tidak bisa lagi melihat manfaatnya. Waktu itu saya tidak tahu mau kemana arah hidup saya dan tidak tahu bagaimana perguruan tinggi bisa membantu mengetahui hal itu, sementara saya malah menghabiskan uang tabungan seumur hidup milik orangtua. Akhirnya saya memutuskan untuk drop out saja dan meyakini bahwa semua pada akhirnya akan berakhir baik-baik saja. 
Saat itu saya cukup takut, tapi ketika (sekarang) menoleh kembali ke belakang, saya menyadari itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat. Begitu drop-out saya bisa berhenti mengikuti kuliah-kuliah wajib yang tidak menarik bagi saya, dan mulai ikut mendengarkan perkuliahan-perkuliahan yang nampak menarik.

Keadaan waktu itu tidak ada romantis-romantisnya. Saya tidak punya kamar di asrama, jadi saya tidur di lantai kamar kawan. 
Saya membeli makan dengan menukarkan botol-botol coca-cola untuk mendapatkan uang 5 sen, dan setiap Minggu malam saya harus berjalan kaki melintasi kota sejauh 7 mil (lebih dari 11 kilometer) untuk bisa mendapatkan makan malam yang layak di kuil Hare Krishna. Saya menyukainya. Banyak hal yang saya temui karena  mengikuti rasa ingin tahu serta intuisi saya yang di kemudian hari terbukti sangat berharga. 
Saya beri satu contoh:

Reed College waktu itu punya kelas membuat kaligrafi yang mungkin terbaik di seluruh negeri. Di seluruh kampus, setiap poster, setiap label di setiap laci, semuanya ditulis dengan kaligrafi yang indah. Karena saya sudah drop-out dan tidak harus mengikuti perkuliahan seperti biasa, saya putuskan ikut kelas belajar menulis kaligrafi. Saya jadi belajar tentang huruf-huruf serif dan sans serif, tentang variasi jarak antara berbagai kombinasi huruf, tentang seperti apa tipografi yang hebat itu. Kehalusan dan kerumitannya sedemikian indah, bersejarah dan artistik, dan ini sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh sains. Bagi saya itu sangat mengagumkan. 

Hal-hal seperti ini nampak tidak memiliki manfaat praktis bagi kehidupan saya ke depannya. Tapi sepuluh tahun kemudian, ketika kami sedang mendisain komputer Macintosh yang pertama, saya jadi teringat kembali (pada kelas kaligrafi itu). Kamipun memasukkannya semua ke dalam disain Mac. Mac adalah komputer pertama yang memiliki tipografi yang indah. Kalau saja saya tidak ikut dalam perkuliahan itu waktu di kampus dulu, Mac mungkin tidak akan pernah memiliki beragam jenis huruf atau huruf-huruf yang memiliki jarak proporsional. Karena Windows hanya meniru Mac, sepertinya tidak ada komputer pribadi yang memiliki hal seperti itu. 
Kalau saja saya tidak drop-out, saya tidak akan pernah ikut dalam kelas kaligrafi itu, dan komputer pribadi mungkin tidak akan memiliki tipografi yang indah seperti sekarang. Semasa masih di kampus, tentu saja mustahil untuk dapat saling menghubungkan semua titik-titik ini ke masa depan. Tapi 10 tahun kemudian, ketika saya menoleh ke belakang, semuanya nampak sangat.. sangat jelas.

Sekali lagi, kita tidak dapat saling menghubungkan titik-titik itu ke masa depan. Kita hanya bisa melihat hubungan antar titik itu dengan menoleh ke belakang. Jadi kita harus yakin bahwa entah bagaimana caranya titik-titik itu akan saling terhubung di masa depan kita. Kita harus punya keyakinan terahdap sesuatu, baik itu perasaan, takdir, kehidupan, karma, apa saja. Pendekatan seperti ini tidak pernah mengecewakan saya dan telah membuat hidup saya menjadi berbeda.

Cerita saya yang kedua adalah tentang cinta dan kehilangan.

Saya beruntung bisa menemukan sesuatu yang saya sukai di masa-masa awal hidup saya. Woz (Steve Wozniack, yang bersama Steve Jobs dan Ronald Wayne mendirikan Apple Computer di tahun 70-an) dan saya memulai Apple di garasi rumah orangtua saya saat saya masih berusia 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua di dalam sebuah garasi menjadi sebuah perusahaan senilai 2 milyar dolar dengan lebih dari 4000 karyawan. Setahun sebelumnya kami baru saja meluncurkan ciptaan terbaik kami, Macintosh, dan waktu itu saya baru berusia 30 tahun. 
Lalu saya dipecat. Tapi bagaimana sampai bisa dipecat dari perusahaan yang saya dirikan sendiri? Begini, saat Apple berkembang, kami mempekerjakan seseorang yang waktu itu saya pikir sangat berbakat untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Di tahun-tahun pertama semua berjalan lancar. Tapi kemudian visi masa depan kami mulai berbeda arah dan pada akhirnya kami bertengkar. Saat itu Dewan Direktur memihak kepadanya. Akhirnya saya keluar di usia 30 tahun. Benar-benar keluar secara terbuka. Apa yang selama ini menjadi fokus seluruh kehidupan masa dewasa saya hilang dan itu sangat menghancurkan saya.

Selama beberapa bulan saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. 
Saya merasa telah mengewakan generasi pebisnis sebelum saya karena saya telah menjatuhkan tongkat estafet yang diteruskan kepada saya. Waktu itu saya bertemu dengan David Packard (salah satu pendiri perusahaan terkenal Hewlett Packard) dan Bob Noyce (salah satu pendiri Intel dan penemu microchip yang merevolusi teknologi komputer) dan berusaha meminta maaf karena saya sangat membuat kesalahan. Saya benar-benar gagal di mata publik dan bahkan pernah terpikirkan untuk lari dari (Silicon) Valley (yang dikenal sebagai pusat bisnis dan pengembangan teknologi komputer hingga sekarang). Namun perlahan saya mulai menyadari sesuatu: saya masih mencintai apa yang saya lakukan. Perubahan yang terjadi di Apple sama sekali tidak mengubah apapun. Saya pernah ditolak, tapi saya masih mencintai apa yang saya lakukan. Jadi saya putuskan untuk memulai kembali.

Waktu itu saya tidak menyadarinya, tapi ternyata dipecat dari Apple adalah hal terbaik yang mungkin pernah terjadi dalam hidup saya. Beban menjadi sukses berganti menjadi rasa ringan karena kembali menjadi pemula yang tidak terlalu yakin tentang apapun. Ini membebaskan saya untuk dapat memasuki salah satu masa-masa paling kreatif dalam hidup saya.

Selama lima tahun setelahnya, saya memulai sebuah perusahaan yang dikenal dengan nama NeXT, lalu perusahaan lain bernama Pixar, dan juga jatuh cinta dengan seorang wanita luar baisa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar terus melaju dan kemudian menciptakan film animasi komputer pertama di dunia, Toy Story, dan kini merupakan studio animasi paling berhasil di dunia. Sebuah perkembangan tak terduga juga menyebabkan Apple membeli NeXT dan akhirnya saya kembali ke Apple. Teknologi yang kami kembangkan di NeXT pun menjadi pusat kebangkitan kembali Apple. Laurene dan saya juga membina keluarga yang indah bersama.

Saya cukup yakin semua ini tidak akan terjadi kalau saja waktu itu saya tidak dipecat dari Apple. Itu benar-benar obat yang rasanya sangat tidak enak tapi sepertinya sangat diperlukan oleh si pasien. Kadang hidup seolah menghantam kepala kita dengan batu bata. Tapi janganlah hilang keyakinan. Saya telah diyakinkan bahwa satu-satunya yang membuat saya tetap bertahan adalah karena saya mencintai apa yang saya lakukan. Temukanlah apa yang kalian cintai.
Itu berlaku untuk pekerjaan seperti halnya juga dalam percintaan. Kelak pekerjaan akan mengisi sebagian besar kehidupan kalian, dan satu-satunya cara untuk benar-benar merasa puas adalah dengan meyakini bahwa apa yang kalian lakukan itu adalah pekerjaan yang hebat. Dan satu-satunya cara melakukan pekerjaan yang hebat adalah dengan mencintai apa yang kalian lakukan. Kalau kalian belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan berhenti. Seperti hal-hal yang berkaitan dengan kata hati, kalian akan tahu ketika nanti sudah menemukannya. Dan seperti halnya sebuah hubungan luar biasa manapun, semuanya akan menjadi semakin baik dan lebih baik seiring perkembangan waktu. Jadi teruslah mencari sampai kalian menemukannya. Jangan berhenti.

Cerita ketiga saya adalah tentang kematian.

Sewaktu berusia 17 tahun, saya pernah membaca sebuah kutipan yang kurang lebih bunyinya begini: “Jika kau menjalani setiap hari seolah itu hari terakhirmu, maka suatu saat nanti bisa jadi itu benar.” Kutipan ini berkesan bagi saya, dan sejak itu, selama 33 tahun terakhir setiap pagi saya selalu menatap cermin dan bertanya pada diri sendiri: “Kalau hari ini adalah hari terakhir hidup saya, akankah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Kalau jawabannya terus menerus “Tidak” selama berhari-hari, saya tahu ada sesuatu yang harus saya ubah.

Mengingat bahwa saya akan mati adalah cara terpenting yang pernah saya temui dalam membantu membuat keputusan-keputusan besar dalam hidup. Karena nyaris semuanya, -entah itu harapan dari luar, kebanggaan, ketakutan untuk maju atau gagal- semuanya akan sirna di hadapan kematian dan hanya menyisakan apa yang benar-benar penting saja. Mengingat kita akan mati adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan pemikiran bahwa kita akan kehilangan sesuatu. Kita sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati. 

Sekitar setahun lalu saya didiagnosa terkena kanker. Saya menjalani proses scanning pada pukul 7.30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan ada tumor di bagian pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan, ini hampir pasti sejenis kanker yang tidak bisa disembuhkan dan hidup saya tidak akan lebih dari 3 hingga 6 bulan. Dokter menyarankan untuk pulang dan menyelesaikan semua urusan saya. Ini seperti isyarat dari dokter untuk mempersiapkan kematian. Ini artinya berusaha menceritakan kepada anak-anak kita apa yang seharusnya disampaikan dalam masa 10 tahun, dalam masa hanya beberapa bulan. Ini artinya memastikan adanya persiapan agar semuanya menjadi semudah mungkin bagi keluarga. Ini artinya mengucapkan selamat tinggal.

Seharian saya terus memikirkan diagnosa dokter itu. Malam harinya saya menjalani biopsi, sebuah proses dimana sebuah endoskop dimasukkan lewat tenggorokan, terus masuk ke perut melewati usus, lalu pankreas saya ditusuk dengan jarum untuk mengambil sejumlah sel dari tumor yang ada disana. Selama proses itu saya dibius, tapi menurut istri saya yang juga hadir, ketika mengamati sel itu di bawah mikroskop, para dokter mulai menangis karena ternyata itu adalah jenis kanker pankreas yang sangat langka dan bisa disembuhkan lewat operasi. Sayapun menjalani operasi itu dan kini sudah sehat.

Ini adalah kondisi paling dekat dengan kematian yang pernah saya hadapi, dan semoga ini kondisi terdekat untuk beberapa dekade lagi. Setelah melalui semua itu, kini saya bisa dengan lebih yakin mengatakan kepada kalian bahwa ketika kematian merupakan sebuah konsep yang berguna tapi murni intelektual: 

Tidak seorang pun mau mati. Bahkan orang-orang yang ingin masuk surgapun tidak mau mati untuk bisa sampai ke sana. Tapi tetap saja kematian adalah sebuah tujuan yang akan kita semua tuju. Tidak ada yang pernah bisa lolos dari kematian, dan seperti itulah seharusnya, karena kematian kemungkinan besar adalah temuan terbaik dari hidup. Kematian adalah agen perubahan dari hidup. Ia menyingkirkan semua yang sudah tua guna membuka jalan bagi yang baru. Saat ini yang baru itu adalah kalian. Tapi suatu hari nanti, tidak lama dari sekarang, perlahan kalian akan menjadi tua dan juga disingkirkan. Maaf kalau saya jadi sangat dramatis, tapi ini ada benarnya.

Waktu kalian terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terjebak oleh dogma, yakni menjalani hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan kegaduhan dari pendapat orang lain menenggelamkan suara dari dalam diri kalian sendiri. Dan yang paling penting beranilah untuk mengikuti kata hati dan intuisi kalian. Karena entah bagaimana caranya, kata hati dan intuisi itu sudah tahu kalian ingin benar-benar menjadi apa nantinya. Yang lainnya tidak terlalu penting.

Waktu saya masih muda, ada sebuah penerbitan yang bernama The Whole Earth Catalog. Bisa dikatakan ini adalah salah satu kitab dari generasi saya. Katalog ini diciptakan tidak jauh dari sini, di Menlo Park, oleh seseorang bernama Stewart Brand. Ia menghidupkan katalog itu dengan sentuhan puitisnya. Ini terjadi di tahun 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing. Jadi semuanya dibuat dengan mesin ketik, gunting dan kamera polaroid. Ini semacam Google dalam bentuk buku bersampul tipis yang hadir 35 tahun sebelum Google ada. Katalog ini sangat idealis, sarat dengan produk-produk yang bagus dan pemikiran-pemikiran yang hebat.

Stewart dan timnya menerbitkan beberapa edisi The Whole Earth Catalogue hingga akhirnya mereka menerbitkan edisi terakhir. Ini terjadi di pertengahan tahun 1970-an dan saya masih seusia kalian. Di sampul belakang edisi terakhir katalog itu ada sebuah foto suasana jalan pedesaan di pagi hari, semacam suasana ketika kalian yang punya rasa petualangan biasa menyetop mobil untuk ditumpangi. Di bawah tulisan itu ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish.” Ini adalah pesan perpisahan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh. Ini selalu menjadi harapan untuk diri saya sendiri. Dan sekarang, saat kalian  lulus dan memulai sesuatu yang baru, sayapun berharap ini untuk kalian.

Stay Hungry. Stay Foolish.

Terimakasih banyak, semuanya.

------------


Pada dasarnya setiap manusia bisa menjadi yang terbaik dari dirinya apapun latar belakangnya, status sosial maupun ekonomi. Namun mengapa masih banyak manusia bahkan lebih dari lima puluh persen dari jumlah manusia di dunia yang tidak merasa demikian. Lalu dimana letak kesalahannya? Apakah semua itu sudah suratan takdir alias Nasib?


Seandainya benar, apakah kita yakin kalau Tuhan menginginkan manusia yang notabene ciptaanNya yang paling sempurna ini menjadi sengsara dan merana. Tentu saja tidak. Hal ini bisa saya buktikan dengan kelebihan-kelebihan yang dianugerahi oleh Sang Pencipta kepada mahluk ciptaanNya yang disebut Manusia.


Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan lainnya. Selain dikarunia dengan bentuk tubuh yang fungsional, susunan tulang dan otot yang dapat memungkinkan untuk melakukan gerakan yang berbeda-beda,


manusia masih dikarunia sebuah otak yang super canggih yang dapat mengontrol denyut jantung kita sampai dengan 100.000 kali/hari dan mampu mengatur kinerja memompa 25 000 liter darah melalui pembuluh darah yang panjangnya kalau dihubungkan dari ujung ke ujung panjangnya mencapai 100,000 km dan ini sama dengan panjang 2 kali bumi apabila ditarik garis lurus mengitari garis khatulistiwa.


Itupun hanya sebagian kecil dari kemampuan otak kita dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya uraikan. Sungguh luar biasa apa yang mampu dilakukan oleh otak kita yang beratnya hanya 1.5 kg. Semua itu pula diatur dengan sendirinya oleh otak tanpa harus dipantau oleh si otak.


Sungguh menakjubkan! Sebelum anda melanjutkan membaca artikel ini saya ingin anda merenung sejenak untuk menyadari betapa kita memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk kita dayagunakan untuk keberhasilan kita.



    Jadi setelah menyadari keistimewaan diatas lalu apakah masih ada alasan bagi kita untuk menyalahkan Sang Pencipta apabila kita tidak dapat menjadi yang terbaik? Jadi apa yang menjadi penyebab bahwa manusia tidak bisa berprestasi? Ada beberapa faktor namun ada satu faktor yang sangat dominan dan hampir dialami oleh sebagian besar orang yaitu keyakinan, atau lebih spesifik-keyakinan akan kemampuan meraih sasarannya atau istilah lainnya Belief System.

Keyakinan adalah sebuah kekuatan yang akan mendorong anda untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan anda. Keyakinan bagaikan kompas atau peta bagi manusia untuk menuju sasarannya. Faktor terbesar untuk menjadi yang terbaik adalah bukan terletak pada kemampuan maupun ketrampilan yang dimiliki melainkan pada Keyakinan.


    Namun Keyakinan atau Belief System adalah dapat menjadi faktor penentu keberhasilan ataupun penentu kegagalan bagi manusia.


Mari kita lihat bagaimana keyakinan dapat sangat berpengaruh pada proses tercapai atau tidaknya sebuah prestasi. Bagaimana keyakinan itu tercipta? Keyakinan bisa tercipta dari pengalaman seseorang dan juga dari referensi atau contoh.

Keyakinan berdasarkan pengalaman tercipta ketika anda melakukan suatu kegiatan, sedangkan keyakinan yang berdasarkan referensi atau contoh tercipta setelah anda melihat orang lain melakukannya. Misalnya anda melakukan suatu usaha ,apabila berhasil maka hasil tersebut akan menambah keyakinan dalam diri anda bahwa anda mampu, sebaliknya kalau gagal maka hasil tadi juga akan menambah keyakinan bahwa anda memang tidak mampu.


     Dan kalau yang diambil oleh anda sebagai kesimpulan terakhir adalah ketidakmampuan maka selamanya anda tidak mampu. Kesimpulan ini sangat berbahaya karena akan terprogram secara tak sadar di dalam otak sebagai sebuah keyakinan baru yang negatif.


    Para Achiever atau orang yang berprestasi didunia memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap kemampuan mereka dalam meraih prestasi puncak dalam karir maupun kehidupan.


    Salah satu contohnya adalah Michael Dell, dia adalah salah seorang dari 10 orang terkaya didunia saat ini yang hanya berumur 39 tahun dari Amerika Serikat yang mana kekayaan pribadinya mencapai Rp 156 triliun (US$ 17 milyard), Dell adalah seorang pendiri dan CEO Perusahaan komputer raksasa DELL yang memproduksi PC (Personal Computer) dan Note book yang terbesar didunia dan perusahaan yang dibangun 19 tahun yang lalu dan mampu mengalahkan perusahaan raksasa lainnya seperti HP dan Compaq yang telah berumur lebih dari 50 tahun.


Diusia 29 tahun Michael Dell sudah masuk dalam daftar 100 orang terkaya di dunia. Padahal sebelumnya di usia 19 tahun Michael Dell memulai usahanya sebagai salesman komputer dan mulai merakit dan menjualnya di kampus dan dia pun tidak menyelesaikan studinya namun hanya dalam waktu yang relatif singkat Dell dapat menguasai penjualan PC didunia.

  
Apa yang membuat Dell mampu berprestasi begitu luar biasa? Keyakinan, jawabnya. Keyakinan yang sangat kuat bahwa dia mampu menjadi yang terbaik. Usia yang muda dan minimnya pengalaman ketika dia memulai usahanya tidak membuat dia takut untuk bersaing dengan perusahaan sekelas HP dan IBM, bagi Dell usia muda berarti memiliki waktu yang lebih panjang untuk mencoba dan melakukan untuk menjadi yang terbesar dan terbaik didunia dan itulah yang dinamakan KEYAKINAN.

    
Bagaimana dengan kita? Karena keyakinan juga dapat tercipta karena referensi atau contoh pengalaman orang lain maka anda juga bisa mengambil atau bahkan "memodel" keyakinan dari orang-orang sukses seperti Michael Dell, Bill Gates, Michael Jordan atau siapa saja yang anda kagumi.


Belajarlah dengan mereka, belajar cara mereka menghadapi tantangan, belajar belief system mereka dan hal lain yang anda butuhkan untuk menjadi yang terbaik karena untuk tujuan itulah manusia dilahirkan.
Coba anda isi angka dengan skala 1 - 10
untuk pertanyaan dibawah ini.
1 adalah Sangat Tidak Setuju, 

10 adalah Sangat Setuju.

... Lebih baik miskin bahagia, daripada kaya tidak bahagia ,

... Lebih baik miskinpanjang umur, daripada kaya mati muda,
... Lebih baik miskin dicintai banyak orang, daripada kaya dibenci banyak orang,

... Lebih baik miskin tapi sehat, daripada kaya tapi sakit- sakitan,
... Lebih baik miskin ber-Tuhan, daripada kaya tidak ber- Tuhan,
... Lebih baik miskin jujur, daripada kaya korupsi,
... Lebih baik miskin keluarga harmonis, daripada kaya keluarga bercerai-berai,
... Lebih baik miskin punya martabat, daripada kaya tidak punya harga diri,
 


Saya yakin untuk pertanyaan2 diatas, kebanyakan nilai anda adalah diatas 5 atau cenderung Sangat Setuju. Saya juga begitu :).
 

Namun ternyata pak Tung menjelaskan, bahwa jika kita berpikiran seperti itu maka kita masih memiliki mindset orang miskin alias belum memiliki mindset orang kaya.
 

Maksudnya apa ?
 

Orang kaya memiliki
pemikiran "Dua-duanya" alias DAN,  sedangkan Orang miskin memiliki pemikiran "Salah satu" alias ATAU Maksudnya, apakah orang miskin banyak juga yang tidak bahagia, mati muda, dibenci banyak orang, sakit-sakitan, tidak ber-Tuhan, korupsi, keluarga tidak harmonis (selingkuh), tidak punya harga diri ?


 

Nah, jika tidak peduli apakah dia orang kaya atau orang miskin, bisa mengalami semua hal diatas maka lebih
baik pilih menjadi orang kaya !. 


Karenaorang kaya berpikiran DAN maka : Lebih baik orang kaya yang ber-Tuhan, yang panjang umur, yang bahagia, yang dicintai banyak orang, yang sehat, yang jujur, yang keluarganya harmonis dll. 

Tidak ada ATAU dalam mindset orang kaya. Orang kaya memilih kedua-duanya yang positif, tidak salah satunya. Kemudian masih sehubungan dengan hal diatas, mindsett orang kaya adalah BERDAYA UPAYA
(resourcefulnes) sedangkan orang miskin cenderung PENUH ALASAN.
 

Contoh, orang yang bermindset orang miskin ketika melihat mobil Fortuner atau Terrano akan berpikir 'Ah, kalo punya mobil seperti itu boros bensin dan pajak mobilnya gede'. Padahal jika dia berdaya upaya lalu menjadi kaya, maka orang kaya tidak akan pernah perlu memikirkan urusan bensin dan pajak mobil !.
Atau 

ketika ada seorang cewek cantik seksi turun dari mobil mewah dengan pakaian yang glamor, maka orang yang bermind-set orang miskin akan berkomentar 'Ah, jika saya punya istri seperti dia, pasti saya akan diinjak dan tidak dihargai sebagai seorang suami'. Padahal mungkin saja dia seorang cewek cantik super kaya yang rendah hati dan mencari suami yang menyanyanginya tidak peduli apa statusnya.
 

Kata pak Tung,
kebanyakan kita cenderung 'menurunkan' kualitas keinginan kita agar sesuai dengan kemampuan yang kita anggap cukup, padahal sebenarnya kita sedang mencari-cari alasan ketidaksanggupan atau tepatnya ketidakmauan kita untuk berdaya upaya atau berjuang untuk mendapatkannya.
 

Padahal jika kita menilik petuah nenek moyang bahwa kita harus menggantungkan cita-cita setinggi langit maka tidak seharusnya kita menurunkan target keinginan kita hanya sebatas atap rumah.
 

Bila anda meyakini bahwa Tuhan adalah Yang Maha Menyayangi, Maha Kaya dan Maha Memberi, mengapakah anda hanya meminta yang kecil-kecil ?
 

Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Pola pikir orang kaya dapat dipelajari dan diadopsi siapa pun, karenanya peluang menjadi kaya juga dapat diperoleh siapa pun juga.  


1.Orang kaya percaya bahwa kehidupan mereka sangat bergantung pada seberapa besar dan serius usaha mereka.
Pola kerja orang kaya lebih agresif mengambil langkah-langkah progresif. Usahakan untuk selalu melangkah, walaupun langkah kecil tetapi jika Anda kerjakan secara konsisten itu akan memudahkan pekerjaan dan lebih memastikan keberhasilan Anda mencapai tujuan.
Sebaliknya, orang miskin hanya menerima apa yang terjadi dalam kehidupan mereka, tanpa ada usaha maksimal untuk memperbaiki keadaan mereka. Kalaupun terpaksa bekerja keras itu hanyalah untuk memenuhi tagihan atau kebutuhan sehari-hari.


2.Orang kaya bersedia menanggung risiko, termasuk risiko menghadapi kegagalan.
Mereka tidak mudah terlena jika meraih kesuksesan, dan mereka juga selalu dapat melihat sisi positif dari setiap kegagalan. Mereka mempunyai motivasi, optimisme dan keberanian yang luar biasa dalam menciptakan dan membesarkan usaha. Orang kaya tidak pernah takut gagal.
Sedangkan orang miskin hanya menjadi pengamat atas perkembangan yang sedang terjadi, dan bukan menjadi bagian dari perubahan tersebut. Itu karena mereka tidak berani menanggung risiko dan cenderung mencari aman. Alhasil, mereka selalu kehilangan peluang potensial.


3.Orang kaya selalu berpikir dan bertindak positif, dalam situasi ekonomi yang baik maupun situasi ekonomi sedang krisis.
Orang kaya memiliki keyakinan tinggi bahwa mereka pasti berhasil menciptakan sumber penghasilan yang besar suatu hari nanti. Keyakinan itulah yang memungkinkan mereka selalu melihat peluang di mana-mana dan memotivasi mereka untuk aktif melakukan tindakan yang semakin menjadikan hidup mereka lebih makmur.
Sedangkan sistem keyakinan orang miskin sama sekali bertolak belakang, yaitu selalu berpikir negatif dan pesimis. Sistem kepercayaan orang miskin (yang negatif) itu juga terus tumbuh, sehingga mereka semakin enggan berusaha. Hasilnya mereka menjadi semakin miskin.


4.Orang kaya mampu bertindak cepat dalam mengambil keputusan, dan tidak mudah berubah pikiran.
Orang kaya lebih berkomitmen kepada visi, tujuan dan keputusan mereka. Mereka berusaha selalu sabar dan tabah menghadapi segala tantangan dalam berbisnis dan kehidupan pribadi. Mereka sadar bahwa perbedaan orang sukses dan gagal terletak pada ketabahan atau ketangguhan karakter.
Kebalikannya, orang miskin sulit sekali menetapkan keputusan, tetapi sangat cepat berubah pikiran. Sikap demikian dikarenakan mereka selalu pesimis dan was-was keputusannya keliru.


5.Orang kaya memiliki kemampuan menahan keinginan untuk bersenang-senang, sebelum tujuan mereka tercapai.
Orang kaya menunda kenikmatan hidup sampai kondisi mereka benar-benar mampu (secara keuangan). Mereka cenderung bergaya hidup sederhana dan tidak boros. Sesekali mereka memang membutuhkan kesenangan, tetapi itu berbiaya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan mereka.
Orang miskin tidak mampu mengerem kesenangan karena mereka tidak mampu membedakan mana keinginan dan kebutuhan. Mereka tidak mempunyai cukup tabungan dan hidup sibuk ‘gali lubang tutup lubang', karena uang mereka habis untuk mengejar kesenangan. Keadaan seperti itu semakin menyulitkan kehidupan mereka.
 
Lima perbedaan antara orang kaya dan orang miskin di atas menunjukkan bahwa dunia nyata kita hanyalah satu cerminan dari dunia batin. Berhati-hatilah dengan pola pikir, karena akan menjadi tindakan. Sedangkan tindakan akan menentukan nasib Anda. Bila Anda ingin kaya kuncinya adalah kemampuan mengendalikan pikiran menjadi lebih positif. Be positive, pasti kaya!

Penulis : Andrew Ho

 

(¯`•.¸ღ ღ¸.•´¯)*•♫♥♥ "Ya Allah,
Terimakasih atas segala reski, rahmat dan berkah yang telah ENGKAU berikan dan limpahkan pada ku.
Terimakasih atas kesehatan dan umur panjang yang telah ENGKAU berkahi pada ku.
Terimakasih telah memberikan tempat yang layak padaku, yaitu diantara orang-orang yang aku cintai dan yang mencintai aku."
...
Ya Allah,
Jika hari ini aku diizinkan untuk memanjatkan doa dan berharap untuk diriku sendiri.
Maka hari ini, Aku berdoa dan berharap agar ENGKAU tetap memberikan kesehatan dan umur panjang padaku, agar aku tetap bisa menjaga dan menyayangi orang-orang yang aku sayangi selama mungkin. Semoga ENGKAU meletakkanku diantara orang-orang yang menyayangiku, diantara sahabat- yang selalu mengerti aku, diantara saudara-saudara yang mengasihi aku... dan diantara anak dan istri yang ingin ku temani seumur hidupku. Semoga ENGKAU membukakan pintu rejeki yang sebesar-besarnya untukku, agar aku bisa menafkahi dan memberikan kehidupan yang layak bagi anak-istriku. Semoga ENGKAU tetap menjadikan aku sebagai seorang anak yang berbakti pada kedua orang tua, kakak yang bertanggungjawab atas adikku. Jadikan aku ayah yang baik bagi anakku, suami yang menyayangi istriku dan jadikanlah aku imam yang akan mengangkat harkat dan martabat mereka semua. AMIN


Ya Allah,
Hanya itu doa dan harapanku hari ini...
Dan jika diizinkan aku berdoa dan berharap untuk orang-orang yang kucintai dan sahabat-sahabatku, maka aku akan memohon pada-MU agar ENGKAU memberikan mereka cinta dan kasih sayang sepanjang hidupnya. Semoga mereka diletakkan diantara orang-orang yang menyayangi mereka. Semoga mereka diberikan kesehatan dan umur panjang, agar mereka juga bisa menjaga dan melindungi orang-orang yang mereka sayangi. Semoga mereka ENGKAU berikan reski yang berlimpah agar mereka bisa menafkahi orang-orang yang mereka sayangi.... AAMIIN.(¯`•.¸ღ ღ¸.•´¯)*•♫♥♥


Source