Mitos Islam
Satu kenyataan historis yang sangat menyedihkan adalah, entah karena sebab apa, saat itu, di Barat berkembang mitos mengerikan—dan memalukan—tentang Islam dan Muhammad. Muhammad, oleh orang Kristen barat, dipanggil dengan nama Mahomet, dan dikisahkan dengan segala bentuk atribut paling mengerikan yang bisa dibayangkan; yang antara lain adalah: Mahomet Nabi Palsu, Mahomet penipu ulung, Anti-Kristus, Musuh Tuhan, Monster, Ahli Bid`ah, manusia aneh dengan kelainan seks, dan—yang paling mengerikan—dihubungkan dengan mitos simbol kekuatan gelap Iblis dengan laskar setan 666. Ternyata, mitos itu berasal dari perkiraan-sangka tahun kematian Muhammad, 666 M.
Selain itu, di kalangan agamawan, Islam dikenal dengan Muhammadan, yang mana dianggap sebagai sempalan sesat dari Kristen. Pada masa-masa paska-Protestan, idiom ‘Muhammadan’ juga dipakai untuk merendahkan Islam dengan ditambahi idiom lawan-sekte mereka. Kaum Katolik menyebut Islam sebagai ‘Protestan Muhammadan’; dan sebaliknya, kaum Protestan menyebut Islam sebagai ‘Katolik Muhammadan’.
Mitos-mitos tersebut berkembang sangat pesat di dalam pemahaman Kristen—baik awam maupun agamawan, sehingga imej Islam dan Muhammad di mata Kristen barat, saat itu, adalah imej yang sangat buruk yang berafiliasi dengan hal-hal berikut: Anti-Kristus, Ahli Bid`ah, Sesat, Penjahat, Penipu, Nabi Palsu, Iblis dan orang aneh. Tak heran bila kemudian Kristen barat sangat gerah dengan adanya ‘Kerajaan Islam’ di Andalusia, dan dengan nuansa emosional sektarian, Kristen Barat sangat berhasrat untuk memusnahkan peradaban Islam Andalusia.
Selain sebab mitos Islam, kebencian Kristen barat juga sangat dipengaruhi oleh dampak Perang Salib. Kemenangan Islam atas Tanah Suci Yerusalem membuat Kristen Barat sangat kecewa, dan benci dengan Islam. Yang lebih menyedihkan, kemenangan Islam atas Yerusalem dihubungkan dengan nubuat anti-kristus yang akan menguasai Tanah Suci. Memanglah, hubungan Kristen Barat dan Islam saat itu, adalah berada dalam kondisi yang kritis dan negatif.
Keruntuhan Khalifah dan Kolonialisasi Eropa
Dengan semangat kecurigaan, salah-paham dan mitos-mitos, kebencian Kristen Barat terhadap Islam semakin menjadi-jadi, dan akhirnya muncul hasrat untuk menyingkirkan Islam, dan atau kalau bisa, memusnahkan Islam. Dengan bersandar pada mitos dan bendera Kerajaan Kristen, usaha untuk menyingkirkan dikobarkan sebagai perbuatan suci untuk menegakkan kerajaan Kristen milik Allah, menyelamatkan Jalan Keselamatan Yesus Kristus di dunia.
Banyak orang menganggap, bahwa serial Perang Salib untuk memperebutkan adalah bencana terbesar dari hubungan gelap Kristen Barat dan Islam, tapi pandangan itu tempak perlu untuk kita pikirkan ulang. Titik nadir paling dramatis dari hubungan Kristen Barat dan Islam bisa dikatakan justru berada pada fakta penghancuran Kekhalifahan Andalusia. Masa itu adalah kebiadaban yang tak terperi, dimana bangsa Eropa—dengan bendera Kristen, memusnahkan peradaban Islam Andalusia tanpa ampun. Tak ada penggambaran yang tepat bagaimana Eropa Kristen menghancurkan peradaban Islam Andalusia. Buku-buku dimusnahkan, padahal, sebelumnya, akademisi dan kaum pelajar Eropa berkiblat pada ilmuan Islam di negara Andalusia. Musnahnya peradaban Islam di Andalusia, bisa dikatakan menjadi kemenangan terbesar Kristen Barat, tetapi di sisi sebaliknya—yaitu umat Islam, momen itu menjadi titik tolak munculnya kebencian terhadap Barat dan Kristen, yang tak mudah untuk dilupakan hingga masa-masa sesudahnya.
Selain Keruntuhan Kekhalifahan Andalusia, kemudian Perang Salib, faktor lain yang menjadikan hubungan Barat Kristen (saya membedakan idiom Kristen Barat dan Barat Kristen) dan Islam menjadi lebih buruk adalah pergerakan Kolonialisasi Eropa pada abad pertengahan sampai awal abad duapuluh.
Dengan berlandaskan semangat penaklukan bangsa Eropa, dan dengan mengikutsertakan isu-isu misi Kristiani, bangsa-bangsa Eropa mengadakan penaklukan-penaklukan atas bangsa-bangsa lain di dunia—termasuk di negeri-negeri Islam. Pergerakan penaklukan ini hampir serempak dilakukan oleh negeri-negeri Eropa di seluruh dunia, dan yang menyakitkan, walau membawa misi Kristiani, kebanyakan dari penaklukan bangsa Eropa itu dilakukan dengan cara dan tujuan yang keji dan kejam. Walau tak berhubungan dengan dunia Islam, sejarah kelam mengenai pemusnahan bangsa Indian di Eropa, pada masa modern, menjadi preseden sangat gelap dan menjijikan dari sejarah kebudayaan Barat.
Di berbagai penjuru negeri di dunia, semangat kolonialisasi Eropa pada dasarnya didorong oleh sebab pertumbuhan ekonomi dan revolusi Industri di Eropa. Revolusi Industri, yang selain membawa dampak luarbiasa bagi perkembangan manusia, juga menghasilkan dampak persaingan yang dipenuhi oleh nuansa keserakahan yang materialistis. Negeri-negeri koloni dijadikan ladang pengerukan kekayaan dan—jangankan menghargai—menindas bangsa setempat. Contoh yang paling dekat tentu adalah negeri kita sendiri, yang selama 3,5 abad dicengkeram oleh Belanda dalam kolonialisasi yang kapitalistik dan kejam. Kolonilasi-kolonialisasi Eropa inilah yang menjadi ‘nilai tambah’ bagi semakin tebalnya rasa kebencian terhadap Barat yang—khususnya—timbul di hati umat Islam. Barat dan Kristen-nya adalah negeri yang barbar, kejam dan serakah !
Segera setelah beratus tahun menjalani kolonialisasi, Barat berkembang menjadi kekuatan raksasa yang menggeser dominasi peradaban Islam. Selain dominasi politik, kebangkitan barat juga membawa dampak-dampak politis-kebudayaan di dunia Islam. Kekhalifahan Islam Ottoman di Turki, merupakan salahsatu korban yang bisa kita hubungkan dengan pencapaian Eropa dari hasil kolonialisasi. Mustafa Kemal Attaturk dengan serta merta melakukan kudeta dan menyingkirkan Khalifah, dan juga bertendensi ‘mencuci’ simbol-simbol peradaban Islam. Walaupun Mustafa Kemal dicatat—dalam buku sejarah SMA—sebagai pahlawan bangsa Turki, tetapi bagi umat Islam, dia tak lebih dari korban imperialisasi budaya barat, yang kemudian dengan membabi-buta merusakkan sendi-sendi peradaban Islam, lahir dan ‘batin’.
Lengkaplah sudah, kini posisi Barat dan Islam terbalik, dan yang paling menyakitkan, Kejayaan Barat dicapai dengan cara-cara yang memalukan, dan pada akhirnya memunculkan sentimen anti-barat, yang tidak hanya muncul di negeri Islam, tetapi juga di negeri non-Islam yang merasa terpinggirkan dan kemudian merumuskan pandangan-pandangan independen yang berseberangan dengan Barat (sosialisme, marxisme dan komunisme).
Kami copy dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )