KRISTEN DAN ISLAM: KENAPA KONFLIK?
Satu hal yang pasti kita terima, adalah bahwa segala kerusakan, berasal dari tabiat busuk manusia, yaitu hasrat untuk menuruti hawa nafsu, yang derivasinya sangat kompleks: sifat benci, iri, curiga, sombong dan keserakahan. Dan dengan latar perbedaan ciri-ciri, sifat-sifat busuk manusia itu merasuki kesadaran manusia akan nilai-nilai yang dimilikinya, sehingga menjadikan perbedaan ciri-ciri umat sebagai alasan untuk saling curiga, membenci, dan akhirnya saling menghancurkan.
Oleh karena itu, walaupun pada hakikatnya konflik Kristen-Islam bukan disebabkan karena perebutan klaim kebenaran teologis, tetapi atribut-atribut itu telah menyatu dalam dimensi psikologis umat, sehingga seolah-olah konflik Kristen-Islam yang pernah terjadi, adalah karena sebab klaim-klaim kebenaran teologis. Dan oleh karena itu, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami konflik itu dari sudut pandang perbedaan teologis.
KRISTEN: SEJARAH, POLITIK DAN BARAT
Secara sederhana, agama Kristen dapat dimengerti kurang lebih sebagai berikut:
‘Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab—yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. ‘(1)
Yesus Kristus
Yesus Kristus adalah titik sentral dari agama Kristen. Kita tak bisa membicarakan Kristen tanpa membicarakan Yesus Kristus. Walaupun dalam keimanan Kristen posisi Yesus bermetamorfosis menjadi salahsatu wujud Tuhan dari Tritunggal, namun dengan tidak bermaksud merendahkan posisi tersebut, kita perlu mengkajinya secara historis, yaitu Yesus sebagai sosok manusia.
Yesus Kristus adalah seorang Yahudi—secara genetis, yang lahir dari Perawan Suci Maria. Kisah mengenai kelahiran Yesus Kristus tercatat dalam catatan sakral Alkitab dan juga Al-Qur`an. Kita bisa menilik pada Injil Lukas 1:30-35 dan Al-Qur`an Surat Maryam ayat 16-30.
Dari catatan Alkitab tersebut, baik umat Kristen dan Islam sepakat, mengakui dan meyakini bahwasanya Yesus Kristus adalah sosok suci yang lahir dari rahim perawan suci Maria. Dan juga sepakat, bahwa Yesus Kristus adalah keturunan Yakub dan Daud, yaitu para Bapak bangsa Yahudi, dan berarti bahwa Yesus Kristus adalah seorang Yahudi keturunan Abraham, Bapak Para Nabi.
Status dan sejarah Yesus Kristus sebagai anak dari bangsa Yahudi, jika kita mau kritis adalah sangat penting. Hal itu tak lain untuk menegaskan paradigma bahwa Yesus Kristus turun di tengah-tengah budaya dan keimanan Yahudi, sehingga harus kita pahami, bahwa sejarah Kristen berawal dari bangsa semit dan budaya semit Yahudi yang terletak di Timur. Pada titik ini benar-benar harus kita tekankan, karena pada perkembangan selanjutnya Kristen berkembang di Barat dan mengafiliasikan Kristen dengan Barat. Hal itu pada dasarnya tidaklah tepat, karena pada awalnya, Kristen lahir di negeri Timur, yaitu Yerusalem, negeri dari bangsa dan kebudayaan Yahudi.
Aspek Politik
Setelah Yesus diangkat, para pengikut-Nya—yang dikenal dengan nama para Rasul—mulai menyerbarkan ajaran-ajaran-Nya ke berbagai tempat. Melalui pelayanan rasul Paulus dan Petrus, Kristen berkembang ke barat menuju Bizantium/Turki dan Romawi/Italia. Periode perkembangan awal ini, sejarawan mencatatnya dalam kisaran periode tahun 33-325 M.(2)
Kristen terus berkembang dan memiliki begitu banyak pengikut di barat, dan berhasil mendirikan Kekaisaran Kristen Bizantium; tetapi di Romawi, Kristen menghadapi satu kendala. Pada masa itu, Kekaisaran Romawi belum mengakui agama Kristen dan menganggapnya agama ‘ateis’ yang harus diperangi. Kekaisaran Romawi sendiri adalah negara Pagan yang menyembah Dewa-Dewi.
Karena pengikut Kristen yang semakin berkembang, pada akhirnya kekaisaran Romawi sadar bahwa tak mungkin lagi membendung agama itu, dan justru melihatnya sebagai kekuatan baru yang sangat besar yang—alih-alih diperangi—harus didukung demi menjaga stabilitas negara. Maka jadilah, pada saat Romawi berada dibawah Kaisar Konstantin Yang Agung, agama Kristen diterima dan dijadikan agama resmi negara. Tak cukup sampai disitu, Kaisar Konstantin bahkan selanjutnya mengadakan rekonsiliasi besar dengan dunia Kristen dengan mengadakan Konsili/Pertemuan Akbar umat Kristen di Nicea, Bizantium pada tahun 325.(3) Setelah Kristen menjadi agama resmi Romawi, maka berkembanglah Kristen menjadi agama mayoritas negeri-negeri Eropa, hingga menjadi begitu besar sampai saat ini.
Poin penting yang harus kita pahami adalah, perkembangan agama Kristen di Barat berawal dari situasi politik, yaitu pergolakan penganut Kristen awal dan Kekaisaran Romawi, yang berakhir dengan ‘pertaubatan’ Kaisar Konstantin dan meresmikan Agama Kristen sebagai agama resmi Romawi. Sementara itu, harus selalu kita ingat juga, bahwa agama Kristen lahir di Timur/Yerusalem. Walaupun pada akhirnya Kristen menjadi agama mayoritas negeri Barat, tetapi sungguh kita tak boleh mengidentikkan Kristen dengan Barat, apalagi mengaitkannya secara emosional. Sebab, Barat dengan berbagai bangsa di dalamnya, memiliki sifat-sifat khusus—seperti sifat sebagai bangsa yang agresif, penakluk dan barbar, yang tak berhubungan dengan agama Kristen.
Kenapa pemisahan Kristen dan Barat menjadi begitu penting? Karena memang, konflik Kristen-Islam berawal dari Barat, dan jika kita mau menilik secara mendalam, hal itu lebih dipengaruhi aspek genetis dari karakter bangsa Barat, dan bukan secara langsung berasal dari konflik teologis. Bukti lain yang juga harus kita jadikan referensi adalah, bahwa gereja-gereja Kristen di Timur, telah mampu dan selalu hidup dengan damai berdampingan dengan Kekhalifahan Islam.
Kami copy dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )