RENUNGAN UNTUK UMAT KRISTEN DAN ISLAM


Umat Kristen: Kembali Kepada Kasih Yesus, dan Dewasa


Garis bawah dari pertanyaan ‘Mungkinkah Hubungan Inter-Relijius’ adalah bahwa dua kesatuan besar umat manusia dalam tulisan ini, Kristen dan Islam, harus berpikir jauh ke depan dan menanamkan semangat kebaikan dan cinta, dalam menghadapi masa depan kehidupan di dunia.


Bagi umat Kristiani, barangkali, pondasi berpikir yang paling bijaksana adalah berbelas-kasihan. Bukankah Yesus Kristus selalu menyeru pada kita untuk mengasihi umat manusia? Umat Islam, sebagai saudara kandung sesama Anak Adam, sesama Domba-Domba Tersesat yang sedang mencari jalan menuju ke Haribaan Sang Penyelamat, adalah saudara yang sedang berada dalam titik krisis kekaburan orientasi kehidupan dunia. Tentu saja, sudut pandang dari sikap untuk mengasihi itu bukan tentang harapan-harapan akan Kesatuan Umat dalam Kerajaan Kristen, tetapi sudut pandang yang murni dan bening, tanpa kacamata-kacamata emosional-keagamaan.


Kemudian, bijak kiranya, jika umat Kristen mau membedakan kesatuan identitas antara Barat dan Agama Kristen. Barat memang menjadi bagian besar dari perkembangan Agama Kristen, tetapi Barat bukan sama dengan Kristen. Kristen lahir di Timur, di Yerusalem. Impilkasi luar biasa dari paradigma ini adalah, bahwa kita akan mampu membaca dan memahami sejarah dalam tiap-tiap muatannya yang berbeda tetapi bercampur-aduk menjadi satu, antara muatan politis, emosional, egosentris atau semangat sakral keagamaan. Dari sejarah yang telah berlalu, konflik-konflik kelam yang mengaitkan diri pada tubuh agama adalah konflik yang berasal dari sifat-sifat rendah manusia untuk menang dan menyingkirkan yang lain (egosentris).


Khusus mengenai isu Fundamentalisme dan Terorisme Islam, umat Kristen semestinya tidak mengait-tubuhkan dengan Islam itu sendiri, melainkan harus menelitinya dan memahaminya sebagai fenomena sosial-emosional yang memiliki latar sejarah yang panjang, yang dalam hal ini berkait erat dengan sejarah Kristen Barat di masa lalu.


Islam: Agama Ini Bermula dari Sebuah Perintah ‘Bacalah!’


Umat Islam selalu mengeluh bahwa sedang berada dalam keterpurukan peradaban, tetapi tak pernah mencoba untuk bangkit dengan semangat sejati agama Islam, yaitu Ilmu. Di masa lalu, Islam jaya karena Ilmu, karena kearifan, dan karena kebijaksanaan yang agung dari perenungan spiritual.


Bolehlah berdalih dan merajuk, bahwa sejarah mencatat, umat Islam telah di Dzolimi di masa lalu, tetapi mengapa tak mau kembali kepada Allah? Bukankah Dia telah berfirman dalam Alkitab Surat Al-A`raf 34, bahwa tiap-tiap bangsa memiliki masanya sendiri, dan Allah akan mengganti masa kejayaan masing-masingnya agar bisa saling belajar?


Tak pelak, keterpurukan Islam sangatlah pantas untuk kita renungkan sebagai Rencana Illahi, agar kita senantiasa merenung, dan barangkali, agar kita tak jadi umat yang takabur, dan kemudian tersesatkan oleh nafsu untuk berbuat dzalim kepada umat lain.


Jika kita ingin bangkit, maka jalan satu-satunya adalah kembali pada Ilmu, karena Ilmu adalah cahaya, dan karena Ilmu-lah kita telah mencapai kegemilangan di masa lalu. Dan, bukankah Nabi S.a.w diperintah untuk membaca pada saat disapa Tuhan melalui Jibril pada saat perjumpaan pertama? Yah!, menjadi pintar dan berilmu adalah satu-satunya jalan, agar kita bisa kembali—sedikit demi sedikit—meraih manisnya kemajuan peradaban.


Catatan :

  1. id.wikipedia.com/Kekristenan

  2. id.wikipedia.com/Sejarah_gereja

  3. id.wikipedia.com/Konsili_Nicea

  4. id.wikipedia.com/Nestorianisme

  5. Mengenai kisah tersebut, tercatat dalam banyak catatan, dan saya sendiri mengutip dari sebuah buku tulisan Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi: Himpunan Fadhilah Amal, Penerbit As-Shaff, Yogyakarta, 2006, hal. 432-432, Bab. Kisah-Kisah Sahabat R.a

  6. Sub tema tersebut, Kekhalifahan Andalusia dan Mitos Islam, kerangka besarnya saya sarikan dari satu bab buku tulisan Karen Amstrong: Sejarah Muhammad, Biografi Sang Nabi, Penerbit Pustaka Horizona, Magelang, 2001, Bab. Muhammad Sang Musuh

Kami salin dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )

KESIMPULAN


Kesimpulan yang bisa kita generalisir dari alur sejarah antara Islam, Kristen dan Barat adalah bahwa, antara lain:


  1. Kristen dan Barat, pada hakikatnya tidak identik. Kristen lahir di Timur, yang mana adalah jalan keselamatan yang bernisbat kepada Sang Juruselamat Yesus Kristus dari Yerusalem.

  2. Konflik Kristen dan Islam tidak terjadi karena sebab gesekan teologis, tetapi karena sebab politis dan sebab-sebab keserakahan manusia.

  3. Konflik Kristen dan Islam, pada dasarnya bukanlah ungkapan yang tepat, karena konflik yang terjadi bukanlah permusuhan antara Dunia Kristen secara umum, dengan Dunia Islam secara umum; melainkan antara Dunia Barat yang beragama Kristen, dengan dunia Islam.

  4. Fundamentalisme dan Terorisme Islam, sama sekali tak ada hubungannya dengan agama Islam. Ia merupakan gerakan sosial-emosional sebagai luapan kebencian dan dendam masa lalu Islam kepada Barat, yang disebabkan oleh luka-luka sejarah, yang telah ditulis dengan pedang Barat sendiri.

  5. Menyalahkan Islam dan membenci Islam atas isu Fundamentalisme dan Terorisme, adalah bentuk ketidak-adilan yang sangat disayangkan, dan sebagai umat manusia yang lebih modern dan dewasa, seharusnya kita harus menjauhkan diri dari pola pemahaman seperti itu.


HUBUNGAN INTER-RELIJIUS: BAGAIMANA, MUNGKINKAH?


Berangkat dari tesis awal, bahwa atas Kehendak Sang Pencipta, manusia telah melewati masa hidup di dunia dalam rentang sejarah yang sangat panjang; dan bahwa kenyataannya, sekarang kita berdiri dengan beragam keunikan dan bermacam pola kehidupan manusia dalam masing-masing identitasnya, baik agama, geneologis-ras maupun budaya. Satu fakta yang tak bisa kita sangkal adalah bahwa, kita telah ditempatkan dalam wadah kehidupan di dunia, dalam pluralitas manusia.


Sudah merupakan konsekuensi logis, dan menjadi fakta yang mesti terjadi, adalah bahwa kita harus hidup dengan segala bangsa dan identitas, dalam nuansa yang damai dan sikap menghormati. Dan untuk mencapai kehidupan bersama yang harmonis, saling membangun dan damai, maka adalah mustahil hal itu bisa terjadi jika paradigma pemikiran kita masih berkisar pada penghakiman dan penilaian sekilas pada situasi-situasi dunia. Kesalah-pahaman akan terus terjaga, dan pemahaman tidak akan pernah tercapai, dan akhirnya akan membawa kita pada puncak kebodohan dengan segala kondisi mental buruk rasa curiga, kebencian dan ketakutan.


Jadi, yang perlu direnungkan bersama adalah, kita tak selayaknya menjadi umat manusia yang berpuas diri dengan diri sendiri, dan kemudian menengok secara sekilas pada orang lain. Kita tak selayaknya memandang konflik antar-agama di masa lalu dalam bingkai-bingkai sempit yang mengaburkan, dan kita tak boleh menghakimi realita-realita sosial yang berhubungan dengan identias agama dengan landasan pemahaman yang dangkal dan tanpa semangat ketulusaan-kasih untuk memahami orang lain dalam empati.


Satu-satunya jalan untuk meraih harmonisasi kehidupan inter-relijius, adalah dengan memahami secara mendalam, bangunan besar sejarah umat manusia, dan atau, bila itu terlalu melelahkan, adalah dengan meletakan niatan-niatan baik dengan semangat toleransi pada umat manusia, dengan kacamata-kacamata empati. Dengan itulah, semoga, kehidupan umat manusia—dengan pluralitasnya, di masa mendatang akan semakin cerah, harmonis dan berjaya, dalam masing-masing keistimewaan ciri-ciri.


Kami salin dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )



CATATAN-CATATAN TEMPO KEMARIN


Setelah sejarah yang cukup panjang dari pertikaian Barat Kristen dan Islam—mulai dari Perang Salib, Kekhalifahan dan Kolonialisasi, konflik modern antara dunia Islam dan Barat Kristen masih juga terjadi. Catatan yang paling besar yang mungkin diingat banyak orang adalah ‘perang saudara’ antara Serbia Kristen dan Bosnia Islam. Tragedi itu, walaupun nampak seperti perang saudara, sebenarnya lebih mirip holocaust modern, yang dilakukan oleh Serbia Kristen. Walaupun konflik itu bisa dipahami dari sudut pandang politis dan sosial, tetapi satu hal yang menyakitkan bagi umat Islam dunia adalah, bahwa Barat, seolah-olah membiarkan hal itu dan mendukung Serbia Kristen.


KEMENANGAN BARAT DAN DISORENTASI IDENTITAS


Mengawali abad 20, barat telah berjaya dan tampil sebagai pemenang di dunia. Kejayaan itu berasal dari kebangkitan pemikiran, yang ternyata, bertolak dari konflik antara kekuasaan Kristen dan kaum intelektual Eropa. Pencapaian puncak dari kemenangan barat adalah munculnya pemikiran sekuler, dan terpinggirkannya lembaga agama (Kristen) formal. Dan ternyata, kebangkitan sekulerisme Eropa semakin mengantarkan Eropa menuju kejayaan yang lebih dan terus berlanjut, meninggalkan semua peradaban lain di dunia—termasuk Islam. Dalam situasi ini, dengan sisa-sisa luka masa lalu, dunia Islam menaruh rasa sakit, benci, iri dan dendam yang meluap-luap dengan Barat.


Dengan melihat-ulang sejarah, kebencian dunia Islam kepada barat sejatinya sangatlah bisa dipahami. Hal itu tak lain karena, dalam sejarahnya, dunia Islam tak pernah bersalah, apalagi melakukan dominasi-dominasi yang represif terhadap Barat. Dalam sejarah Peradaban Andalusia misalnya, umat Islam merasa tidak pernah menyingkirkan orang Kristen—yang diidentikkan dengan Barat, dan justru mempersilahkan mereka untuk hidup dan berkembang bersama.


Tapi setelah semua itu, Barat, dengan mengendap-endap di balik jubah Kekristenan, menikam Islam dari belakang, dan kemudian menelikung dan kemudian menyeret tubuh Islam dengan Kereta Kebiadaban yang tak bisa dilupakan. Barat telah menulis sejarah kelamnya sendiri, ya!: sendiri!. Dengan tangan mereka, dengan pena pedang, dan dengan tinta darah, Barat telah menulis Kitab Kegelapan-nya sendiri.


Sekulerisasi Materialistis dan Disorentasi Identitas


Kemenangan barat yang berasal dari kemenangan kaum rasionalis-kapitalis juga membawa beragam pemikiran dan pandangan hidup yang sekuler-materialistik. Pandangan itu berkisar pada ‘kemandirian manusia’ dari campur-tangan Tuhan dan agama, dan bahwa, dengan kemajuan ilmu dari hasil olah intelek, manusia berhak untuk hidup dengan tolok ukurannya sendiri, dengan mengesampingkan pengaruh lembaga agama, dan nilai-nilai spiritual.


Dampak dari bawaan pandangan-pandangan hidup itu sangatlah luas. Kebebasan berpikir dan pergerakan budaya yang kreatif dan berusaha mewadahi gejolak hasrat manusia terus dicapai dengan segala cara. Intinya terletak pada, bagaimana agar, manusia bisa mencapai titik kepuasan paling puncak, untuk semua hasrat manusianya, dengan kekuatan manusianya, dan berpaling dari bayang-bayang agama dan sosok Maha Pengatur Tuhan. Dan produk-produk dari gerakan sekuler-materialistik itu antara lain adalah: ekspresi budaya tanpa batas, kebebasan seks, pergerakan-pergerakan humanisme-materialistik dan pemberontakan pemikiran.


Dari sudut pandang Islam, derivasi produk itu menjadi sebuah ‘Cermin Acak’ yang mengacaukan. Di satu sisi, Islam, dengan berlandaskan pada tuntunan moral dari Syariah, sangat mengatur dengan tegas norma-norma moral tentang ini-dan-itu; tetapi di satu sisi, kemegahan Barat yang bangkit itu jelas telah menyilaukan umat Islam, dan akhirnya bercermin padanya. Sehingga, akhirnya umat Islam mengalami satu titik Disorentasi Identitas. Islam memasuki masa renaisans, dan barat terus melaju menggunakan kereta zaman, meninggalkan Islam dalam nisan-nisan luka, yang mengubur jasad-jasad berdarah pengkhianatan.


Dan tentu saja, bagi kalangan agamawan Islam ortodoks, segala luka dalam tubuh Islam yang semakin tercacah-cacah akibat agresifitas Barat, adalah menjadi satu alasan emosional paling sahih untuk membenci Barat. Barat yang telah menikam Peradaban Islam dari belakang, Barat yang telah mengisap darah negeri-negeri lemah, Barat yang yang telah menghanguskan hiasan-hiasan Islam, dan Barat yang telah menghipnotis generasi muda Islam dalam ketersesatan arah hidup.


ISLAM, FUNDAMENTALISME DAN TERORISME


Akhir-akhir ini, isu tentang Terorisme dan Fundamentalisme Islam begitu marak mencuat di dunia. Beranjak dari tragedi 9/11, dunia terbawa pada satu stigma bahwa Islam adalah identik dengan kekerasan, ekstrimisme beragama, dan terorisme.


Pandangan itu tentu manusiawi, dan sangat bisa dipahami. Tapi adakah kita mau mencoba memahami, kenapa kiranya Fundamentalise Islam dan Terorisme bisa muncul dan berkembang? Barangkali sedikit sekali.


Fundamentalisme Islam adalah wujud paling esktrim dari usaha umat Islam untuk kembali pada identitas Islam yang utuh. Dan karena disusupi oleh ruh-ruh anti-barat, maka wujud dari gerakan ini bermanifestasi dalam nuansa paradigma yang rendah diri, kecewa, benci dan dendam, yang akhirnya membentuk benteng-benteng pertahanan berupa formalitas hukum Syariah. Muatan-muatan kebencian itu sendiri bukanlah akibat dari dosa umat Islam—tentu saja, tetapi harus jujur kita akui, kebencian itu berasal dari laku Barat sendiri pada Islam di masa lalu.


Jadi, mulia dan elegan kiranya, satu paradigma berpikir yang harus senantiasa kita kembangkan menyangkut isu Fundamentalisme dan Terorisme Islam adalah: Mengapa ini semua bisa terjadi? Ada apa dengan Islam? Jelaslah tak adil membenci Islam karena Fundamentalisme dan Terorisme, tanpa mencoba memahami dengan tulus dan obyektif, sejarah Islam—dan kaitannya dengan Barat: Apa itu Islam, sejarah masa lalu dan hubungannya dengan agama dan kebudayaan lain di masa lalu.


Kami salin dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )




Mitos Islam


Satu kenyataan historis yang sangat menyedihkan adalah, entah karena sebab apa, saat itu, di Barat berkembang mitos mengerikan—dan memalukan—tentang Islam dan Muhammad. Muhammad, oleh orang Kristen barat, dipanggil dengan nama Mahomet, dan dikisahkan dengan segala bentuk atribut paling mengerikan yang bisa dibayangkan; yang antara lain adalah: Mahomet Nabi Palsu, Mahomet penipu ulung, Anti-Kristus, Musuh Tuhan, Monster, Ahli Bid`ah, manusia aneh dengan kelainan seks, dan—yang paling mengerikan—dihubungkan dengan mitos simbol kekuatan gelap Iblis dengan laskar setan 666. Ternyata, mitos itu berasal dari perkiraan-sangka tahun kematian Muhammad, 666 M.


Selain itu, di kalangan agamawan, Islam dikenal dengan Muhammadan, yang mana dianggap sebagai sempalan sesat dari Kristen. Pada masa-masa paska-Protestan, idiom ‘Muhammadan’ juga dipakai untuk merendahkan Islam dengan ditambahi idiom lawan-sekte mereka. Kaum Katolik menyebut Islam sebagai ‘Protestan Muhammadan’; dan sebaliknya, kaum Protestan menyebut Islam sebagai ‘Katolik Muhammadan’.


Mitos-mitos tersebut berkembang sangat pesat di dalam pemahaman Kristen—baik awam maupun agamawan, sehingga imej Islam dan Muhammad di mata Kristen barat, saat itu, adalah imej yang sangat buruk yang berafiliasi dengan hal-hal berikut: Anti-Kristus, Ahli Bid`ah, Sesat, Penjahat, Penipu, Nabi Palsu, Iblis dan orang aneh. Tak heran bila kemudian Kristen barat sangat gerah dengan adanya ‘Kerajaan Islam’ di Andalusia, dan dengan nuansa emosional sektarian, Kristen Barat sangat berhasrat untuk memusnahkan peradaban Islam Andalusia.


Selain sebab mitos Islam, kebencian Kristen barat juga sangat dipengaruhi oleh dampak Perang Salib. Kemenangan Islam atas Tanah Suci Yerusalem membuat Kristen Barat sangat kecewa, dan benci dengan Islam. Yang lebih menyedihkan, kemenangan Islam atas Yerusalem dihubungkan dengan nubuat anti-kristus yang akan menguasai Tanah Suci. Memanglah, hubungan Kristen Barat dan Islam saat itu, adalah berada dalam kondisi yang kritis dan negatif.


Keruntuhan Khalifah dan Kolonialisasi Eropa


Dengan semangat kecurigaan, salah-paham dan mitos-mitos, kebencian Kristen Barat terhadap Islam semakin menjadi-jadi, dan akhirnya muncul hasrat untuk menyingkirkan Islam, dan atau kalau bisa, memusnahkan Islam. Dengan bersandar pada mitos dan bendera Kerajaan Kristen, usaha untuk menyingkirkan dikobarkan sebagai perbuatan suci untuk menegakkan kerajaan Kristen milik Allah, menyelamatkan Jalan Keselamatan Yesus Kristus di dunia.


Banyak orang menganggap, bahwa serial Perang Salib untuk memperebutkan adalah bencana terbesar dari hubungan gelap Kristen Barat dan Islam, tapi pandangan itu tempak perlu untuk kita pikirkan ulang. Titik nadir paling dramatis dari hubungan Kristen Barat dan Islam bisa dikatakan justru berada pada fakta penghancuran Kekhalifahan Andalusia. Masa itu adalah kebiadaban yang tak terperi, dimana bangsa Eropa—dengan bendera Kristen, memusnahkan peradaban Islam Andalusia tanpa ampun. Tak ada penggambaran yang tepat bagaimana Eropa Kristen menghancurkan peradaban Islam Andalusia. Buku-buku dimusnahkan, padahal, sebelumnya, akademisi dan kaum pelajar Eropa berkiblat pada ilmuan Islam di negara Andalusia. Musnahnya peradaban Islam di Andalusia, bisa dikatakan menjadi kemenangan terbesar Kristen Barat, tetapi di sisi sebaliknya—yaitu umat Islam, momen itu menjadi titik tolak munculnya kebencian terhadap Barat dan Kristen, yang tak mudah untuk dilupakan hingga masa-masa sesudahnya.


Selain Keruntuhan Kekhalifahan Andalusia, kemudian Perang Salib, faktor lain yang menjadikan hubungan Barat Kristen (saya membedakan idiom Kristen Barat dan Barat Kristen) dan Islam menjadi lebih buruk adalah pergerakan Kolonialisasi Eropa pada abad pertengahan sampai awal abad duapuluh.


Dengan berlandaskan semangat penaklukan bangsa Eropa, dan dengan mengikutsertakan isu-isu misi Kristiani, bangsa-bangsa Eropa mengadakan penaklukan-penaklukan atas bangsa-bangsa lain di dunia—termasuk di negeri-negeri Islam. Pergerakan penaklukan ini hampir serempak dilakukan oleh negeri-negeri Eropa di seluruh dunia, dan yang menyakitkan, walau membawa misi Kristiani, kebanyakan dari penaklukan bangsa Eropa itu dilakukan dengan cara dan tujuan yang keji dan kejam. Walau tak berhubungan dengan dunia Islam, sejarah kelam mengenai pemusnahan bangsa Indian di Eropa, pada masa modern, menjadi preseden sangat gelap dan menjijikan dari sejarah kebudayaan Barat.


Di berbagai penjuru negeri di dunia, semangat kolonialisasi Eropa pada dasarnya didorong oleh sebab pertumbuhan ekonomi dan revolusi Industri di Eropa. Revolusi Industri, yang selain membawa dampak luarbiasa bagi perkembangan manusia, juga menghasilkan dampak persaingan yang dipenuhi oleh nuansa keserakahan yang materialistis. Negeri-negeri koloni dijadikan ladang pengerukan kekayaan dan—jangankan menghargai—menindas bangsa setempat. Contoh yang paling dekat tentu adalah negeri kita sendiri, yang selama 3,5 abad dicengkeram oleh Belanda dalam kolonialisasi yang kapitalistik dan kejam. Kolonilasi-kolonialisasi Eropa inilah yang menjadi ‘nilai tambah’ bagi semakin tebalnya rasa kebencian terhadap Barat yang—khususnya—timbul di hati umat Islam. Barat dan Kristen-nya adalah negeri yang barbar, kejam dan serakah !


Segera setelah beratus tahun menjalani kolonialisasi, Barat berkembang menjadi kekuatan raksasa yang menggeser dominasi peradaban Islam. Selain dominasi politik, kebangkitan barat juga membawa dampak-dampak politis-kebudayaan di dunia Islam. Kekhalifahan Islam Ottoman di Turki, merupakan salahsatu korban yang bisa kita hubungkan dengan pencapaian Eropa dari hasil kolonialisasi. Mustafa Kemal Attaturk dengan serta merta melakukan kudeta dan menyingkirkan Khalifah, dan juga bertendensi ‘mencuci’ simbol-simbol peradaban Islam. Walaupun Mustafa Kemal dicatat—dalam buku sejarah SMA—sebagai pahlawan bangsa Turki, tetapi bagi umat Islam, dia tak lebih dari korban imperialisasi budaya barat, yang kemudian dengan membabi-buta merusakkan sendi-sendi peradaban Islam, lahir dan ‘batin’.


Lengkaplah sudah, kini posisi Barat dan Islam terbalik, dan yang paling menyakitkan, Kejayaan Barat dicapai dengan cara-cara yang memalukan, dan pada akhirnya memunculkan sentimen anti-barat, yang tidak hanya muncul di negeri Islam, tetapi juga di negeri non-Islam yang merasa terpinggirkan dan kemudian merumuskan pandangan-pandangan independen yang berseberangan dengan Barat (sosialisme, marxisme dan komunisme).


Kami copy dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )




ISLAM: RISALAH KENABIAN DAN RENAISANS BARAT


Bagi pemeluknya, Islam adalah sebuah risalah kenabian yang menggenapi risalah-risalah agama terdahulu—Yahudi dan Kristen—yang memiliki satu tujuan yang sama, yaitu mengajak umat manusia kepada Jalan Tuhan. Dalam Islam sendiri, mengimani eksistensi ajaran Juruselamat-juruselamat terdahulu adalah sebuah kewajiban dan menjadi salahsatu dari Rukun Iman Islam. Umat Islam diwajibkan meyakini dan mengakui risalah-risalah kenabian terdahulu, yang menyeru kepada satu tujuan yang sama. Umat Islam diwajibkan—dengan sepenuh hati—mengakui eksistensi Abraham/Ibrahim, Yakub/Jacob, Daud/King David, Isa al-Masih/Yesus Kristus, dan tentu saja, pembawa risalah-risalah ketuhanan terdahulu yang lain, yang berawal dari Bapak Adam. Kewajiban untuk mengakui risalah kenabian terdahulu tersebut, juga mencakup pengakuan akan teks-teks ketuhanan yang diturunkan kepada mereka, seperti Taurat/Perjanjian Lama, Injil/Perjanjian Baru, Zabur/Mazmur dan lain sebagainya.


Islam lahir di negeri Arab, melalui perantaraan seorang manusia bernama Muhammad. Berbeda dengan Kristen—yang menganggap Yesus Kristus sebagai inkarnasi Tuhan dalam wujud manusia, Islam tidak memandang Muhammad sebagai perwujudan Tuhan dalam diri manusia, tetapi sebatas sebagai seorang penyampai Risalah Tuhan. Selain bertalian secara historis dengan Kristen, Islam juga memiliki pertalian darah secara genetis pada sosok pembawa risalah. Muhammad, sebagai utusan Tuhan, adalah keturunan dari Bapak Abraham melalui jalur Ismael. Keterkaitan-keterkaitan ini—bagi umat Islam—adalah sebuah fakta yang mencerahkan, karena—bukannya sebagai anti-kristus misalnya—Islam hadir sebagai pelengkap hukum-hukum Tuhan sebelumnya yang mengajak kepada jalan Tuhan yang lurus.


Jika inti dari agama Kristen adalah sosok Yesus dan keyakinan Trinitas, maka inti dari agama Islam adalah peng-Esa-an Tuhan secara absolut—tanpa segala bentuk konsep inkarnasi atau perantara wujud. Oleh karenanya, demi menghindari keterpersokan umat dalam kultus manusia—seperti Yesus Kristus dalam Kristen, Islam melarang pembuatan gambar Muhammad.


Jadi, menurut pemahaman umat Islam, agama Islam bukanlah musuh bagi agama sebelumnya, dan walau hadir untuk mengingatkan umat sebelumnya untuk bertolak pada agama yang telah disempurnakan ini, tetapi tak ada paksaan dalam pengabaran risalah Tuhan ini. Prinsip kebebasan iman ini tertuang jelas dalam Al-Qur`an Surat Al-Kafiruun Ayat 6: Bagimu agamamu, bagiku agamaku—ayat ini kemudian menjadi klise karena menjadi pedoman umat Islam dalam dialog-dialog antar-agama.


Mengenai independensi Islam sebagai agama penyempurna dan tidak bertendensi untuk memusuhi agama terdahulu, bisa kita simak kisah-kisah hubungan yang romantis antara umat Islam dan Kristen pada awal kenabian Muhammad. Bahkan, orang yang pertama mengenali dan mengakui tanda kenabian Muhammad adalah seorang Pendeta Kristen Nestorian(4) dari Suriah bernama Bahira/Buhairah.


Kisah lain yang menunjukkan romantisme hubungan Islam-Kristen di awal kenabian adalah kisah pemberian suaka politik bagi umat Islam yang diberikan oleh Raja Najasyi, seorang raja dari Kerajaan Kristen Habasyah. Pemberian suaka ini berkenaan dengan kondisi awal umat Islam yang terjepit karena dominasi kaum non-Islam Mekkah yang ingin memerangi Islam.(5)


Jadi, pokok kesimpulan yang bisa kita ambil dan kita pahami adalah, bahwa Islam dan Kristen, di negeri Timur tidak mengalami konflik, dan bahkan mengalami hubungan-hubungan yang romantis. Konflik Kristen-Islam hanya terjadi di dan dari campur tangan Kristen Barat. Poin ini tentu sangat penting untuk memberi gambaran yang lebih obyektif, bahwa konflik yang sebenarnya terjadi di masa lalu, adalah konflik antara Islam dan umat Kristen dari Barat, atau bisa di persempit menjadi: konflik antara Islam dan Barat.


RENAISANS BARAT


Kenapa umat Kristen di barat sangat terganggu—yang kemudian menjadi benci—dengan kehadiran risalah ketuhanan Islam? Hal itu tak bisa di simpulkan dengan pasti. Tapi yang nampaknya sangat bisa kita terima adalah, bahwa kebencian Kristen Barat kepada Islam dilatari oleh nafsu-nafsu rendahan manusia, yang sebagiannya bisa kita afiliasikan dengan karakter genetis Barat: agresif, barbar dan serakah.


Ada satu masa di barat, dimana seluruh negeri Barat berada dalam krisis kebudayaan dan pemikiran, yang mencapai titik terendah kehidupan manusia. Dominasi Kerajaan Tuhan Katolik Roma telah menecengkeram Eropa dalam kekuasaan absolut berdasar doktrin-doktrin agama yang hampir tanpa celah untuk kritik. Padahal, karena banyak sebab historis, doktrin-doktrin Kristen mengalamai begitu banyak peyorasi teologis, yang berujung pada ketidak-sinkronan kehidupan agama dengan kehidupan pemikiran yang rasional. Agama Kristen berkembang menjadi begitu simbolis dan kehilangan ruh dinamisasi. Doktrin berubah menjadi ketetapan, dan ketetapan menjadi hukum. Segala pemikiran yang dianggap berseberangan dengan doktrin Kristen akan diperangi dan kemudian dimusnahkan. Akhirnya, Barat berada dalam stagnasi yang mencekam.


Sementara itu, di Timur, Islam terus berkembang menjadi negeri yang hebat. Dinasti-dinasti Kekhalifahan berdiri di beberapa pusat: Kekhalifahan Abassiyah di Iraq, Kekhalifahan Fathimiyah di Maroko, dan Kekhalifahan Andalusia di Spanyol. Secara kasat mata, kehadiran negeri-negeri Islam itu membuat negeri Kristen Barat merasa gelisah, iri, takut dan akhirnya benci. Kegelisahan Barat kepada negeri-negeri Islam akhirnya bermuara pada munculnya mitos-mitos dan propaganda-propaganda yang sangat mengerikan dan memalukan. Dalam titik itu, semua orang akan dengan malu harus mengakui bahwa Barat—dengan bendera Kerajaan Katolik Roma, adalah negeri yang sangat intoleran, radikal dan barbar.


Kekhalifahan Andalusia dan Mitos Islam(6)


Seiring dengan zaman kegelapan Eropa, saat itu, di Spanyol telah berdiri sebuah Kekhalifahan Islam yang sangat megah yaitu Kekhalifahan Andalusia. Umat Islam mengalami puncak kehidupan dan kejayaan. Kehidupan sejahtera dan Ilmu Pengetahuan berkembang sangat subur.


Berbeda dengan doktrin Kristen saat ini, Islam justru mendorong umatnya untuk mengkaji dan melakukan aktualisasi Ilmu setinggi-tingginya. Jadilah saat itu, terjadi proses ‘penyerahan tongkat estafet’ ilmu pengetahuan—khususnya filsafat—dari kebudayaan Yunani Kuno ke tangan Islam. Berbagai manuskrip tentang filsafat Yunani diterjemahkan secara masal ke dalam bahasa arab dan menjadi bahan kajian umat Islam. Dengan kajian berbasis teologi Islam, kemudian lahirlah bahasan-bahasan filsafat kalam yang cemerlang. Selain filsafat, bidang ilmu pengetahuan yang lain juga mengalami perkembangan yang cemerlang saat itu. Secara umum, jika kita ingin membayangkan kondisi Eropa dan dunia Islam saat itu, adalah kondisi umat Islam dan Barat sekarang, dalam kondisi terbalik.


Kami salin dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )



KRISTEN DAN ISLAM: KENAPA KONFLIK?


Satu hal yang pasti kita terima, adalah bahwa segala kerusakan, berasal dari tabiat busuk manusia, yaitu hasrat untuk menuruti hawa nafsu, yang derivasinya sangat kompleks: sifat benci, iri, curiga, sombong dan keserakahan. Dan dengan latar perbedaan ciri-ciri, sifat-sifat busuk manusia itu merasuki kesadaran manusia akan nilai-nilai yang dimilikinya, sehingga menjadikan perbedaan ciri-ciri umat sebagai alasan untuk saling curiga, membenci, dan akhirnya saling menghancurkan.


Oleh karena itu, walaupun pada hakikatnya konflik Kristen-Islam bukan disebabkan karena perebutan klaim kebenaran teologis, tetapi atribut-atribut itu telah menyatu dalam dimensi psikologis umat, sehingga seolah-olah konflik Kristen-Islam yang pernah terjadi, adalah karena sebab klaim-klaim kebenaran teologis. Dan oleh karena itu, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami konflik itu dari sudut pandang perbedaan teologis.


KRISTEN: SEJARAH, POLITIK DAN BARAT


Secara sederhana, agama Kristen dapat dimengerti kurang lebih sebagai berikut:


‘Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab—yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.(1)


Yesus Kristus


Yesus Kristus adalah titik sentral dari agama Kristen. Kita tak bisa membicarakan Kristen tanpa membicarakan Yesus Kristus. Walaupun dalam keimanan Kristen posisi Yesus bermetamorfosis menjadi salahsatu wujud Tuhan dari Tritunggal, namun dengan tidak bermaksud merendahkan posisi tersebut, kita perlu mengkajinya secara historis, yaitu Yesus sebagai sosok manusia.


Yesus Kristus adalah seorang Yahudi—secara genetis, yang lahir dari Perawan Suci Maria. Kisah mengenai kelahiran Yesus Kristus tercatat dalam catatan sakral Alkitab dan juga Al-Qur`an. Kita bisa menilik pada Injil Lukas 1:30-35 dan Al-Qur`an Surat Maryam ayat 16-30.


Dari catatan Alkitab tersebut, baik umat Kristen dan Islam sepakat, mengakui dan meyakini bahwasanya Yesus Kristus adalah sosok suci yang lahir dari rahim perawan suci Maria. Dan juga sepakat, bahwa Yesus Kristus adalah keturunan Yakub dan Daud, yaitu para Bapak bangsa Yahudi, dan berarti bahwa Yesus Kristus adalah seorang Yahudi keturunan Abraham, Bapak Para Nabi.


Status dan sejarah Yesus Kristus sebagai anak dari bangsa Yahudi, jika kita mau kritis adalah sangat penting. Hal itu tak lain untuk menegaskan paradigma bahwa Yesus Kristus turun di tengah-tengah budaya dan keimanan Yahudi, sehingga harus kita pahami, bahwa sejarah Kristen berawal dari bangsa semit dan budaya semit Yahudi yang terletak di Timur. Pada titik ini benar-benar harus kita tekankan, karena pada perkembangan selanjutnya Kristen berkembang di Barat dan mengafiliasikan Kristen dengan Barat. Hal itu pada dasarnya tidaklah tepat, karena pada awalnya, Kristen lahir di negeri Timur, yaitu Yerusalem, negeri dari bangsa dan kebudayaan Yahudi.


Aspek Politik


Setelah Yesus diangkat, para pengikut-Nya—yang dikenal dengan nama para Rasul—mulai menyerbarkan ajaran-ajaran-Nya ke berbagai tempat. Melalui pelayanan rasul Paulus dan Petrus, Kristen berkembang ke barat menuju Bizantium/Turki dan Romawi/Italia. Periode perkembangan awal ini, sejarawan mencatatnya dalam kisaran periode tahun 33-325 M.(2)


Kristen terus berkembang dan memiliki begitu banyak pengikut di barat, dan berhasil mendirikan Kekaisaran Kristen Bizantium; tetapi di Romawi, Kristen menghadapi satu kendala. Pada masa itu, Kekaisaran Romawi belum mengakui agama Kristen dan menganggapnya agama ‘ateis’ yang harus diperangi. Kekaisaran Romawi sendiri adalah negara Pagan yang menyembah Dewa-Dewi.


Karena pengikut Kristen yang semakin berkembang, pada akhirnya kekaisaran Romawi sadar bahwa tak mungkin lagi membendung agama itu, dan justru melihatnya sebagai kekuatan baru yang sangat besar yang—alih-alih diperangi—harus didukung demi menjaga stabilitas negara. Maka jadilah, pada saat Romawi berada dibawah Kaisar Konstantin Yang Agung, agama Kristen diterima dan dijadikan agama resmi negara. Tak cukup sampai disitu, Kaisar Konstantin bahkan selanjutnya mengadakan rekonsiliasi besar dengan dunia Kristen dengan mengadakan Konsili/Pertemuan Akbar umat Kristen di Nicea, Bizantium pada tahun 325.(3) Setelah Kristen menjadi agama resmi Romawi, maka berkembanglah Kristen menjadi agama mayoritas negeri-negeri Eropa, hingga menjadi begitu besar sampai saat ini.


Poin penting yang harus kita pahami adalah, perkembangan agama Kristen di Barat berawal dari situasi politik, yaitu pergolakan penganut Kristen awal dan Kekaisaran Romawi, yang berakhir dengan ‘pertaubatan’ Kaisar Konstantin dan meresmikan Agama Kristen sebagai agama resmi Romawi. Sementara itu, harus selalu kita ingat juga, bahwa agama Kristen lahir di Timur/Yerusalem. Walaupun pada akhirnya Kristen menjadi agama mayoritas negeri Barat, tetapi sungguh kita tak boleh mengidentikkan Kristen dengan Barat, apalagi mengaitkannya secara emosional. Sebab, Barat dengan berbagai bangsa di dalamnya, memiliki sifat-sifat khusus—seperti sifat sebagai bangsa yang agresif, penakluk dan barbar, yang tak berhubungan dengan agama Kristen.


Kenapa pemisahan Kristen dan Barat menjadi begitu penting? Karena memang, konflik Kristen-Islam berawal dari Barat, dan jika kita mau menilik secara mendalam, hal itu lebih dipengaruhi aspek genetis dari karakter bangsa Barat, dan bukan secara langsung berasal dari konflik teologis. Bukti lain yang juga harus kita jadikan referensi adalah, bahwa gereja-gereja Kristen di Timur, telah mampu dan selalu hidup dengan damai berdampingan dengan Kekhalifahan Islam.


Kami copy dari Kompasiana ( Alwan Rosyidin )





PROLOG

Umat manusia telah hidup di dunia dalam rentang masa yang amat lama, dan telah terbentuk menjadi beragam kesatuan primordial yang plural. Dari beragam bentuk kesatuan primordial, kesatuan berdasar identitas agama adalah yang paling kokoh dan terbukti bertahan selama ribuan tahun. Kenyataan tersebut sangatlah mudah untuk dipahami, karena agama adalah sistem tata-nilai yang sangat universal yang melintasi sekat-sekat identitas genetis dan antropologis, yang mempunyai visi luhur untuk membawa manusia pada harapan akan kehidupan yang mulia dan agung, menuju puncak kehidupan.


Tetapi tentu saja, dalam realitas yang plural, antar kesatuan-umat-berdasar-agama, terjadi begitu banyak konflik yang saling menghancurkan. Dan sebagai umat-umat yang paling besar, Yahudi, Kristen dan Islam, telah mengalami begitu banyak sejarah kelam dalam konflik yang berlarut dan membawa dampak yang kompleks hingga saat ini. Dampak yang paling besar dan menghancurkan masa depan umat—ke dalam dan keluar—adalah kebencian, rasa curiga dan intoleransi.


Namun yang perlu untuk kita kaji dan direnungkan secara mendalam, adalah bahwa, konflik antar-umat beragama bukanlah sepenuhnya berangkat dari gesekan-gesekan teologis semata—yaitu konflik klaim kebenaran, tetapi lebih kepada konflik-konflik politis dan emosional. Bagaimanapun, walau substansi agama adalah doktrin-doktrin teologis dan ajaran-ajaran jalan spiritual, dalam kesatuan umat yang terinternalisasi dalam lembaga agama dan nilai kehidupan, agama telah berubah menjadi identitas primordial yang sangat kuat yang menimbulkan ikatan emosional sangat kuat dan pencapaian harga diri dalam masing-masing umat. Oleh karenanya, bisa dikatakan bohong, jika konflik antar-umat beragama adalah murni dilandasi oleh niat agung untuk mempertahankan Kebenaran Suci yang sakral. Faktor emosional menjaga nilai-nilai harga-diri sebagai bagian dari umat agama adalah faktor yang sangat besar.


Dan dengan bercermin pada sejarah masa lalu, saat ini, nampaknya kita perlu untuk waspada, karena tendensi-tendensi penciptaan konflik sedang dan akan terus terjadi diantara umat beragama, yang mana, kali ini, dalam lingkup khusus, antara Kristen dan Islam. Hal ini tentu sangat penting, karena kita hidup—khususnya dalam konteks Indonesia—dalam dunia yang plural, dan hanya ada satu pilihan bagi kita semua, yaitu saling menghormati dan menjaga perdamaian, serta bahu-membahu dalam penciptaan kebaikan.


CATATAN MASA LALU


Ada beberapa catatan besar tentang konflik berdarah dan atau saling menghancurkan antara Kristen dan Islam. Yang paling kolosal tentu kita semua ingat pada sejarah panjang Perang Salib. Kemudian juga Pemusnahan Kekhalifahan Islam Andalusia di Spanyol, kemudian Perang Saudara Kristen Serbia-Muslim Bosnia, dan yang paling dekat dengan kita adalah konflik berdarah Kristen-Islam di Poso.


Tak ada yang indah dari catatan gelap masa lalu itu. Semuanya hanya menyisakan kerusakan yang merugikan semua. Boleh jadi, secara pragmatis, salahsatu dari kita nampak ‘berjaya’ atau ‘menang’. Tetapi sesungguhnya, tak ada yang indah dari kemegahan yang berdiri di atas kuburan umat lain—yang jika bersandar pada doktrin Alkitabiah, kita semua adalah ’saudara kandung’ sesama anak Adam.


PART 2

PART 3

PART 4

PART 5

PART 6

PART 7


Ditulis Oleh Alwan Rosyidi

Apakah Anda sering lupa saat mencari suatu benda? Misalnya Anda sering lupa meletakkan di mana kunci Anda? Atau lupa hal penting yang harus dilakukan? Lupa password? Nilai ulangan anak Anda buruk karena kesulitan menghafal? Hal ini banyak dialami oleh kita.
Akibatnya, semakin banyak waktu dan energi yang dibutuhkan untuk mencari barang, mendapat omelan dari orang lain, atau mendapat hasil yang buruk akibat sifat pelupa tersebut. Daya ingat otak memang akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Semakin tua umur seseorang biasanya mereka akan semakin pelupa. Tetapi, ini dapat juga menimpa di usia muda. Masalah ini dapat dikurangi dengan cara melatih otak.

Fungsi Otak

Dalam proses mengingat, otak memainkan peranan besar. Otak dapat terbagi atas otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri berkaitan dengan logika, angka, tulisan, kecerdasan, hitungan, analisa, dan untuk ingatan jangka pendek (short term memory). Sedangkan otak kanan kita diguakan untuk kreativitas, imajinasi, musik, warna, bentuk, emosi dan untuk ingatan jangka panjang (long term memory).

Ingatan akan lebih bertahan lama jika dalam mengingat menggunakan otak kanan. Untuk dapat mengingat dengan baik, perlu melatih otak agar berfungsi dengan optimal. Sayangnya, lebih banyak orang yang menggunakan otak kiri dalam proses mengingat. Otak kiri kebanyakan orang lebih berkembang tanpa diimbangi perkembangan otak kanan. Karena otak kiri merupakan ingatan jangka pendek, maka informasi yang disimpan di otak kiri akan lebih mudah terlupakan.

Oleh karena itu, jika ingin menyimpan dalam otak kanan, informasi harus diubah menjadi cerita atau gambar. Karena otak kanan tidak mengenal tulisan atau angka. Latihan diperlukan agar dapat mengembangkan otak kanan. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan.

Total Story Technique (TST)

Teknik ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras, shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat, tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti tisu.

Cerita tersebut benar-benar divisualisasikan dan dibayangkan. Kembangkan imajinasi Anda dengan menambahkan warna, bunyi, benda-benda pendukung dan gerak pada cerita tersebut. Misalnya, bayangkan tempat mandi berwarna pink tempat Dewi Sri mandi susu, bayangkan si Mbok yang sudah tua dan memakai kebaya abu-abu sedang mengepel halaman, dengarkan suara kunyahan permen karet di mulutnya, dan bayangkan Anda mencicipi telur yang rasanya seperti kecap, bayangkan bentuk telur yang bertabur keju dan saos tomat, dan bayangkan Anda bisa memegang telur tersebut dan merasakan kelembutannya yang seperti tisu.

Jadikan bayangan tersebut nyata di hadapan Anda. Dengan contoh cerita ini, kita telah melatih otak kanan yang berfungsi dalam kreativitas dan imajinasi. Kreativitas tercipta saat kita membuat suatu cerita singkat dan imajinasi turut berperan saat kita memvisualisasikan cerita tersebut.

Total Word Technique (TWT)

Pada teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar dapat diterima oleh otak kanan.

Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip Nekad".

Kalimat tersebut menggunakan beberapa huruf depan atau suku kata pertama dari urutan planet yang ingin diingat. Mengendarai untuk mengingat Merkurius, Vespa untuk Venus, Bukan untuk Bumi, Mainan untuk Mars, Judi untuk Jupiter, Sahabat untuk Saturnus, Urip untuk Uranus, Nekad untuk Neptunus. Dengan membayangkan tokoh-tokoh dan yang sedang dilakukan, Anda dapat lebih mengingatnya.

Total Number Technique (TNT)

Teknik ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan. Misalnya, Anda harus mengingat angka 212.007.217.080.205. Anda dapat mengubahnya menjadi cerita seperti Wiro Sableng (212) dan James Bond (007), keduanya (2) sedang mengikuti upacara kemerdekaan (1708) pada hari pendidikan nasional (0205).

Tetapi, tidak semua kombinasi angka merupakan angka yang sudah dikenal seperti diatas. Untuk itu, Anda dapat membuat cerita sendiri dengan mengubahnya menjadi kode yang dapat diterima oleh otak kanan yaitu dalam kode bentuk atau bunyi. Anda dapat mengubah angka menjadi kode bentuk atau bunyi seperti berikut:

AngkaKode BentukKode Bunyi
0BolaGosong
1TiangSepatu
2BebekTua
3TelingaMentega
4Perahu LayarKetupat
5Perut GendutDelima
6CerutuTanam
7CangkulBaju
8KacamataPapan
9RaketJalan

Kode bentuk dan kode bunyi juga dapat diciptakan sendiri sesuai kreativitas Anda. Sekarang misalnya Anda harus mengingat password 284670, dapat diubah menjadi kalimat:

Mengingat dengan Kode Bentuk

Bebek (2) berkacamata (8) naik perahu layar (4) dengan tangan kanan memegang cerutu (6) dan tangan kiri memegang cangkul (7) asyik bermain bola (0).

Mengingat dengan Kode Bunyi

Kakek tua (2) membeli papan (8) dan ketupat (4) dari orang yang sedang menanam (6) baju (7) gosong (0).

Metode mengingat yang dijelaskan diatas hanya beberapa contoh teknik mengingat yang dapat digunakan, karena masih ada metode-metode lainnya. Metode mengingat tersebut akan membuat Anda dipacu untuk terus kreatif dalam menciptakan cerita singkat, membayangkan dan mengimajinasikannya.

Imajinasi Anda akan semakin terasah saat Anda menambahkan warna-warna pada bayangan cerita Anda, menambahkan gerak, aroma atau hal lainnya sehingga imajinasi Anda semakin menarik. Jika bisa, buatlah menjadi cerita yang lucu atau cerita yang tidak masuk akal. Ini akan membantu informasi lebih teringat.

Anda juga dapat mencoba untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Dengan demikian, menghafal dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk mereka. Ini juga akan menjadi latihan yang baik untuk otak kanan yang bisa memacu kreativitas dan mengoptimalkan otak anak.

Jika Anda sudah mencoba mengingat dengan metode-metode tersebut, menyimpan informasi di otak kanan Anda, informasi tidak akan cepat terlupa dan membantu mengoptimalkan otak dan membantu daya ingat Anda. Selamat mencoba!


Source: http://kumpulan.info


Jika dalam benak anda cctv hanya bisa dipantau di depan monitor saja, maka anda harus menyiapkan waktu lebih untuk mepantengi layar monitor setiap hari, saat ini ada cara bagaimana agar cctv online di internet dan dipantau dimana saja dengan media internet di laptop atau smartphone, Saat ini akan review cara online dvr tapi cara ini hanya untuk satu dvr di satu tempat network connection tapi jika anda memiliki lebih dari satu dvr di tempat yang sama maka settingnya juga berbeda.

1. Pasang Cable UTP pada DVR dan Modem atau HUB agar dapat di Share ke PC.

2. Masuk ke settingan DVR melalui Menu (tekan DVR MENU pada remote DVR).

3. Pilih Configurasi Network ( Semua DVR sama, namun terdapat di Sub Menu yang berbeda tergantung merk DVR ).

4. Isi IP address untuk DVR semisal : 192.168.1.123,

5. Isi Gateway untuk DVR sama dengan settingan IP modem anda semisal : 192.168.1.1,

6. Isi DNS untuk DVR sama dengan settingan LAN yang ada pada PC, semisal : 202.134.1.10 dan alternatifnya 202.134.0.155,

7. Isi Submask sesuai jaringan semisal 255.255.255.0

8. Isi Port 80 (default)

  Jika anda tak tahu settingan jaringan (LAN).
  Anda dapat melihat settingan LAN melalui PC.
  lihat dan hubungkan modem, PC, DVR dan hub (switch)
  Masuk Ke Control Panel.
  Pilih Network Connection.
  Klik kanan icon LAN or High-Speed Conection.
  Pilih Status.
 Muncul Local Area Connection Status pilih Support.

lihat Statisticnya
Address Type: Manually atau Automatic DHCP
IP address: 192.168.1.25
Subnet Mask: 255.255.255.0
Deffault Gateway:192.168.1.1

atau

Masuk Menu Start
Pilih Run
Ketikan cmd pada address
  Muncul kotak hitam ketikan ipconfig lalu enter.

9. Masuk ke internet explorer lalu ketik : 192.168.1.1 ( tergantung default modem ).
[images.jpeg]

10. Masukkan username : admin, password : admin ( tergantung merk modem ).
[step+1.jpg]


11. Klik tulisan ADVANCE dan lihat dibawah advance ada tulisan VIRTUAL SERVER.
[step+2.jpg]

12. Klik “DMZ Settings” ; Contreng ENABLE DMZ ; Ketik IP Addressnya DVR.

13. Klik ADD lalu APPLY sampai muncul tulisan setting succsses full.

14. SAVE SETTING dan REBOOT.
Settingan ini memang untuk modem merk SANEX namun prinsip kerjanya sama.

Special Thanks,

Ferry Nurdiansyah
Mantan Senior IT - PT. SIP 2009 Surabaya.



Kemudian silahkan anda buat Hostname di Hostname DYNDNS dan silahkan setting di  BBlackBerry agar Online ke CCTV dan setting di Komputer sehingga Komputer anda dapat memantau CCTV.