Semua tarikan kabel dari kamera berujung di alat perekam. Kamera CCTV yang digunakan bebas, apapun merk dan tipenya, tidak ada daftar kompatibilitas. Alat perekam pada sistem konvensional disini mutlak berupa hardware, contoh pada gambar di atas adalah DVR (Digital Video Recorder).
Semua hasil rekaman disimpan di storage DVR berupa harddisk. Lamanya perekaman tergantung besarnya harddisk tsb. Terhubung ke jaringan sudah merupakan suatu hal yang mutlak, begitupun CCTV konvensional. Dulu hanya beberapa merk dan tipe saja yang bisa dilihat dan dikontrol via jaringan. Sekarang hampir semua DVR sudah dapat dilihat dan dikontrol baik via jaringan lokal (LAN) maupun internet.
Di sisi konfigurasi CCTV konvensional lebih mudah, karena settingan terpusat di DVR-nya itu sendiri. Tidak terlalu banyak settingan pada kamera selain pointing dan penyetelan gambar. Berbeda dengan CCTV Konvensional, IP camera (CCTV Network Based) atau sering juga disebut dengan kamera digital, media yang digunakan sebagai penghantar adalah kabel UTP CAT-45 dengan konektor RJ-45 diujungnya.
Semua tarikan kabel tidak harus berujung di alat perekam bisa saja jatuh di suatu hub/switch dengan catatan hub/switch tersebut masih satu segment secara fisik dengan NVR. ip camera system Kamera yang digunakan akan lebih baik jika satu merk, Jika menggunakan kamera dengan merk berbeda mutlak harus melihat daftar kompatibilitas. Apakah kamera tersebut sudah kompatibel atau tidak.
Isu kompatibilitas ini memang menjadi suatu hal yang krusial. Onvif yang merupakan salah satu forum industri terbuka di bidang IP-based security product, mencoba membuat standarisasi komunikasi antar perangkat IP, sehingga dimungkinkan integrasi antar perangkat berbasis IP walaupun dengan brand yang berbeda.
Pada CCTV berbasis IP alat perekamnya adalah NVR atau Network Video Recorder. Ada 2 tipe NVR yang bisa digunakan. NVR berupa hardware atau NVR berupa software.
Contoh NVR hardware based adalah Samsung 32 Channel SRN3250. Contoh NVR Software based adalah Aimetis Symphony Series. Pada NVR hardware based, penggunaan PC tambahan masih diperlukan untuk melakukan pengaturan.
NVR software based biasanya kita harus membeli lisensi per kamera. samsung SRN3250 aimetis symphony series Di sisi konfigurasi, CCTV IP Based relatif lebih rumit dibandingkan CCTV konvensional.
Pengaturan dilakukan tidak hanya disisi NVR, tetapi juga di masing-masing kamera IP. Sehingga pengetahuan akan jaringan komputer sangat dibutuhkan. Hasil rekaman selain disimpan di internal storage NVR, juga bisa di storage jaringan yang disebut dengan NAS atau Network Attached Storage. Kesimpulannya mana yang lebih baik? Berikut point plus dari sistem CCTV konvensional:
1. CCTV konvensional mudah disisi pengaturan/konfigurasi dan maintenance. Dan masih mungkin untuk dikembangkan ke sistem yang masih besar lagi. 2. Aksesing via internet masih lebih baik dari CCTV IP based, cmiiw. Walaupun secara teori banyak yang mengatakan bahwa CCTV IP based lebih baik, tetapi berdasarkan pengalaman (walaupun minim), sistem konvensional lebih cocok dengan infrastruktur networking (baca: internet) di Indonesia.
Point plus sistem IP based: 1. Range aplikasi yang sangat banyak, Mulai dari video analytic sampai dengan aplikasi cctv dengan resolusi yang sangat tinggi. Pada CCTV konvensional maksimum resolusi hanya D1 (704 x 480), bandingkan dengan IP Camera yang minimum resolusinya SXGA (1280×1024),
2. Sistem IP based lebih fleksibel di sisi manajemen user dan manajemen storage (penyimpanan). Hanya point plus diatas dari masing-masing sistem yang terpikir oleh saya, mungkin masih ada yang lainnya dan semua point plus tersebut hanya semata opini saya saja, bisa saja sangat berbeda dengan anda apalagi yang sudah lama bergelut di sistem CCTV IP based. Dan terakhir, saya masih memilih sistem konvensional jika harga menjadi salah satu pertimbangan.
Terima Kasih Pak Rizal Infonya Source